Sejak berdiri di tahun 2012 lalu
diawali dengan di produksinya secara gotong royong sebuah film horror pertama
di Papua yang berjudul SPOK dengan kru dan pemain seluruhnya hanya dari anak
anak Merauke saja, kini Papua Selatan Film Community atau sering disingkat PSF
Merauke, semakin mengembangkan komunitas ini kearah yang lebih luas, dan
sedikit demi sedikit terlihat berbagai kemajuan di tahun ini di mulai dengan
masuknya karya karya mereka ke dalam pentas Nasional.
PSF bernaung dibawah Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Merauke sebagai sebuah Sanggar Seni yang bertugas
untuk mengembangkan bakat serta menampung semua pekerja seni film di wilayah
Papua Selatan. Masuknya banyak anggota
baru mewarnai silih bergantinya managemen kepengurusan di dalam tubuh PSF
sendiri. Sebagian besar anggota baru PSF adalah anak anak remaja yang kemudian
bakat bakat mereka di salurkan lewat berbagai kegiatan perfilman di kota
Merauke yang telah eksis menelorkan film sejak tahun 2009 lalu hingga kini
dalam pembuatan video sketsa komedi Mop Papua EPEN CUPEN.
Berikut Piagam Pengesahan PSF dari Dinas kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Merauke Papua
Beberapa kegiatan yang diadakan
sejak tahun 2013 sampai 2014 ini adalah :
11. Di
bulan Mei 2013 Papua Selatan Film Community mengembangkan sayap dengan mencoba
menggandeng Produser dari Jakarta yakni King Production untuk bersama sama
mewujudkan sebuah film bertema pendidikan yang berjudul NOBLE HEARTS : Mentari
di ufuk Timur dengan memadukan beberapa artis Nasional dan aktor aktor lokal Papua.
Praktisnya 10
orang kru dari Jakarta diberangkatkan ke Merauke sementara 50 orang kru dari
Merauke yang tergabung dalam keanggotaan PSF menjadi pasangan dalam
memvisualkan film tersebut. Maka film ini kemudian berhasil terwujud dan di
launching secara perdana untuk orang Papua di Merauke,Asmat dan Jayapura serta
ditayangkan di bioskop Nasional 21 pada 3 Juli 2014. Sebuah langkah bagaimana
anak anak PSF ingin karyanya juga bisa masuk kedalam kelas Nasional tidak
seperti pada waktu film SPOK yang dulu di tolak oleh pihak bioskop 21 karena
dianggap tidak menjual lantaran tak menggunakan Artis Nasional.
Sejak tahun ini pula PSF akan memproduksi film sendiri
dibawah bendera RUMAH SEMUT FILM sebagai PH resminya, sebab PSF tidak ingin
menjadi sebuah PH dan tetap akan sebagai sebuah wadah sanggar seni sampai
kapanpun.
Dan kemungkinan kedepannya pula, para anggota PSF akan membuat film tidak hanya di Papua saja tetapi juga di Jawa dengan perpaduan aktor akktris asal Papua sendiri dikancah film Nasional.
22. Di
Awal tahun 2014 seiring dengan mengurus tour ke 3 wilayah Papua guna pemutaran
perdana Noble Hearts, PSF juga mengadakan sebuah kegiatan WORKSHOP PELATIHAN
PEMBUATAN FILM PENDEK yang bertempat di Gedung Olah Raga Hiad Sai Merauke
dengan para peserta Guru guru Kesenian dari berbagai SMA serta karyawan Biro Humas
Pemda yang tergabung dibawah Merauke TV dan karyawan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata. Acara ini diadakan selama 2 hari dengan hari pertama pemberian
materi dan hari kedua praktek dan belajar editing. Disinilah saya selaku Ketua
Umum dari PSF ingin membagikan semua ilmu yang saya dapatkan selama belajar di
bangku Institut Kesenian Jakarta untuk dapat di terapkan oleh anak anak Papua. Sebab
saya berkeyakinan bahwa SESEORANG BISA DI KATAKAN SUKSES APABILA DIA BISA
MENULARI KESUKSESANNYA KEPADA ORANG LAIN. Sekian lama saya membuat film hingga
5 buah film panjang sudah saya hasilkan di tanah Papua tetapi kini saatnya saya
harus mencari regenerasi saya pengganti saya kelak sebab harus ada yang
melanjutkan perjuangan saya ini. Maka regenerasi itu berawal dari kegiatan
kegiatan seperti ini. Dalam 2 hari itu para peserta sudah langsung dapat
membuat sebuah video sketsa seperti EPEN CUPEN. Banyaknya anggota dari anak anak
asli Papua menandakan bahwa komunitas ini berhasil menghidupkan semangat seni
peran dan perfilman di tanah Papua
Berikut foto foto
kegiatan workshop yang di adakan :
. 3. Di
Bulan Februari dan Maret kembali para anggota PSF kembali berkarya setelah
sekitar 2 tahun vakum mengerjakan sketsa komedi EPEN CUPEN yang sempat terhenti
di episode 3. Di bawah komando Hendrick janshen Matemko yang biasa dipanggil
Enzu, ia memotori gerakan anak anak ini
untuk bisa membuat langsung 5 sketsa sekaligus yakni EPEN CUPEN seri 4,5,6,7,8
dan segera akan di pasarkan mulai bulan mei 2014 di Papua. EPEN CUPEN versi
baru ini dibuat dengan peralatan HD lebih bagus dengan perekaman suara terpisah
dan di mixing serta dibuatkan sebuah lagu temanya.
4. Tim
PSF mempunyai beberapa permintaan mulai dari menampilkan komedi EPEN CUPEN
secara live di panggung oleh beberapa sponsor besar di Merauke hingga diminta
mengisi acara di beberapa televisi lokal di kota Merauke. Inilah yang kemudian
membuat saya harus menyerahkan tanggung jawab kepada Enzu untuk segera
meberikan pelatihan untuk banyak anggota PSF yang baru. Beberapa kru dari PSF
diantaranya saat ini sudah mulai berpengalaman sejak di tandemkan dengan kru
kru dari Jakarta ketika produksi film Nasional beberapa waktu lalu. Itulah makanya
kami akan terus mendorong kerjasama dengan kru Jakarta agar kru lokal dapat
terus belajar bagaimana membuat film yang baik, disamping saya selaku pembinanya
harus selalu mensupport mereka serta membimbing dalam karya karya kedepannya.
5. PSF
masih mempunyai segudang agenda tahunan kedepannya, termasuk mengadakan kajian
kajian ilmiah mengenai MOP Papua, Nonton bareng film, bedah film, kelompok akting,
menggarap dokumenter Papua ala Discovery Channel sampai menyiapkan event Papua
Film festival yang sedang digagas dalam waktu dekat ini. Harapan dari PSF
adalah suatu ketika dimana orang orang di Papua bukan lagi di posisikan sebagai
masyarakat penonton terus tetapi kali ini merekalah yang di tonton. Yang pasti
hingga hari ini PSF masih tetap eksis sesuai janjinya yakni mengeluarkan 1 film
Papua minimal per tahunnya.
0 comments:
Post a Comment