Tuesday, 22 December 2015

KOMUNIKASI LEWAT FILM


Film adalah sebuah media umum yang bersifat multiimage dan efektif untuk mengantarkan pesan, sosialisasi marketing produk barang dan jasa, sekaligus media promosi ataupun media propaganda.
Kelebihan film ketimbang media komunikasi lainnya adalah sifatnya yang menghibur selain bentuk penyampaiannya yang direct berupa audio visual. Seperti diketahui, otak manusia akan lebih mudah mengingat sebuah materi dalam bentuk visual atau simbol, ketimbang pesan secara lisan.
Pun dalam sebuah film, audio bukan sekedar alat penyampai pesan secara lisan tapi lebih dari itu, audio adalah pemberi karakter dan warna dalam sebuah tayangan. Bisa diperbandingkan antara film Chaplin dengan Jurrasic Park, bagaimana permainan sound effect dalam Jurrasic Park mampu mengharu-biru jiwa penontonnya dari menit ke menit.
            Dalam teori komunikasi, muatan pesan dalam film ibarat teori jarum suntik dimana pesan akan langsung masuk ke dalam otak manusia dengan hanya sedikit proses filterisasi. Hal inilah yang membuat film menjadi media penyampai pesan yang paling efektif, sugestif, dan persuasif ketimbang media komunikasi lain.

Berikut milestone film dan imbas yang diakibatkannya:

1.      Film lahir pada 19 Maret 1895. Film pendek yang dibuat oleh Lumiere Brothers yang mengambil gambar pekerja-pekerja yang berjalan keluar dari sebuah pabrik, pada saat itu dinilai sangatlah monumental dalam dunia hiburan. Film pendek tersebut langsung menjadi perhatian dunia, menjadi pusat pembicaraan dan perdebatan.
2.      Film disamping sebuah hiburan yang sangatlah popular di seluruh dunia,  juga merupakan sebuah media pengantar pesan yang cukup efektif. Muatan persuasi pada film dinilai powerful untuk membentuk opini masyarakat. Bahkan Hitler berpendapat bahwa media film adalah media propaganda yang paling tepat. Banyak pembuatan film dilakukan jerman pada saat itu dengan tujuan mencari bakat-bakat muda yang mau diajak berperang.
3.      Menurut teori, muatan pesan yang terkandung di dalam film lebih dipecaya oleh masyarakat (penonton film tersebut) ketimbang muatan pesan yang terkandung di dalam iklan. Bahkan pesan di dalam iklan dinilai harus diwaspadai.
4.      Dalam sebuah film James Bond (Die Another Day), perusahaan otomotif Aston Martin dan Jaguar dengan susah payah menyingkirkan BMW sebagai sponsor utama. Efeknya, hasil penjualan Aston Martin menanjak. Bahkan Nokia mengantikan Ericsson untuk proyek selanjutnya dengan alasan yang sama: Kebutuhan sosialisasi dan marketing.
5.      Sosialisasi dan marketing bukan hanya berhubungan dengan barang dan jasa namun telah lari ke lokasi tempat pengambilan gambar film. Beberapa film yang dibuat dengan sengaja atau atas kebutuhan naskah akan lokasi tertentu, dengan sangat cepat meningkatkan popularitas daerah/lokasi tersebut. Beberapa contoh film yang terbukti efekif menggunakan lokasi tertentu hingga membuat lokasi tersebut menjadi lebih popular adalah :

·         OUT OF AFRICA (lokasi KENYA) dibintangi oleh Robert Redford membuat orang Amerika & Eropa berduyun-duyun datang ke Kenya sebagai wisatawan.
·         THE KING AND I dengan lokasi di Thailand telah membuka pintu pariwisata Negara tersebut menjadi lebih lebar dan menghasilkan devisa yang luar biasa.
·         Yang terbaru adalah film DA VINCI CODE, museum LOUVRE langsung kebanjiran wisatawan.
·         Di Indonesia, “ANAK SERIBU PULAU” karya Garin Nugroho menjadi media yang efektif memperkenalkan INDONESIA secara utuh kepada anak-anak Indonesia. Begitu pula film “DESAKU BERNYANYI” karya Hermawan Rianto yang berlokasi di desa Pager Jurang, Jawa Tengah mendorong minat banyak orang untuk datang ke desa tersebut melihat kerajinan gerabah dan memakmurkan desa tersebut dari status desa tertinggal.
·         FILM LASKAR PELANGI berhasil membuat orang beramai ramai mengunjungi Pulau Belitung sehingga penerbangan kesana yang tadinya cuman 1 hari ditambah karena banyaknya minat orang kesana.

Media Film adalah sebuah alat/media propaganda yang paling ampuh dalam mempengaruhi rasa, pola pikir, hidup, perbuatan dan tindakan dari seseorang. Oleh karena itulah Film selalu membawa pesan pesan bermuatan positif guna merubah seseorang menjadi lebih baik.

Karena keunggulannya sebagai media komunikasi (baca: Media penyampai pesan yang efektif, sugestif, dan persuasif), maka film bisa menjadi alat brainstorming jika kita tidak ingin menyebutnya sebagai brainwashing, dari komunikator dalam hal ini pembuat film, kepada komunikan dalam hal ini audience-nya.

KOMUNIKASI DALAM FILM FILM SAYA
Dalam menyampaikan pesan lewat sebuah film atau berkomunikasi kepada penonton, Saya pernah membuat beberapa film dengan penyampaian pesan yang jelas dan mudah di maknai (atau yang biasa kita sebut film inspiratif), namun saya juga pernah membuat film yang terlihat hanya sekedar hiburan belaka tanpa ada pesan di dalamnya. Uniknya dari antara kedua jenis film ini, dari hasil pengamatan saya terhadap hasil dampak pengaruhnya pada penonton, adalah film hiburan yang pesannya tidak terlihat dengan jelas didalamnya daripada film yang jelas jelas pesannya. Mengapa bisa begitu ?
Saya jadi teringat  teori komunikasi yang dulu saya pelajari di bangku kuliah sekolah film Institut Kesenian Jakarta.  Dimana dipelajari bahwa sebuah pesan akan lebih mudah masuk melalui otak bawah sadar daripada otak depan yang sadar. Pesan pesan yang masuk lewat otak sadar adalah film dengan muatan pesan secara pretensius atau tendensius yang secara langsung dapat disadari penontonnya. Pesan pesan seperti inilah yang biasanya tidak akan mudah masuk dan diterima penonton didalam otaknya, sebab sebelum masuk kedalam otak, pesan itu akan melalui sebuah filter, sipenonton akan menyadari jika itu adalah sebuah pesan yang dibuat lalu kemudian akan di seleksi lebih dahulu dengan akal sehatnya untuk menentukan apakah pesan itu sesuai dengan prinsip hidupnya atau tidak, bisa masuk di nalarnya apa tidak, berasal dari orang yang dipercaya atau tidak, jika otak sadarnya menolak maka pesan itu meskipun sebenarnya positif akan berubah menjadi negative karena tidak sepaham dengan pemikiran sipenonton, namun apabila sepaham, maka pesan itu akan berubah menjadi positif dan diterima didalam otak penonton meskipun tujuannya negatif.
Tidak semua pesan baik bisa dimaknai positif, mungkin kita pernah dengar ungkapan kehidupan semacam begini : “baik bagi kita belum tentu baik bagi orang lain”, nah didalam film juga pesan pesan yang disampaikan akan ditanggapi bermacam macam oleh isi kepala yang berbeda beda, bisa saja sebuah pesan positif berubah menjadi negative jika yang menerimanya adalah orang yang membenci seseorang di balik karyanya itu (haters). Bahkan sebuah karya sebaik apapun akan berubah isinya menjadi buruk jika si tokoh dibalik layar itu sudah dibenci pula oleh penontonnya. Inilah yang di maksud dengan kemampuan otak sadar kita untuk menyeleksi pesan pesan dari sebuah film sebelum masuk ke otak kita. Sebuah contoh : ketika kita menonton sebuah iklan komersial yang memamerkan sebuah produk dengan segala keunggulannya, maka tentu kita tidak akan serta merta langsung percaya dengan iklan tersebut karena sebelum percaya otak kita akan mengolahnya terlebih dahulu. Kita mungkin saja berpikir dulu, apa itu benar ya ? siapa tahu saja dia bohong ? ah itu kan hanya promo, biasalah namanya juga iklan dll.
Mengapa begitu, karena kita sadar bahwa itu adalah sebuah pesan iklan yang sedang  mempromosikan barang dagangannya secara tendensius. Kita sadar jika itu hanya iklan sehingga belum tentu kebenarannya. Kita sadar bahwa jangan jangan dia beriklan gara gara barangnya tidak laku. Maka dari itu kita tidak serta merta langsung menirunya.masih ada otak sadar kita yang memfilter tayangan tadi dan mencernanya.
Begitupula didalam sebuah film yang membawa pesan moral secara gamblang. Misalkan saja ada sebuah film bercerita yang tendensi berceritanya seakan menggurui penonton bahwa begini harusnya atau begitu kalau mau jadi begini, maka kemungkinan besar otak penonton akan bekerja seperti saat menonton iklan komersil tersebut. Penonton akan sadar jika diri mereka saat itu sedang digurui atau sedang diceramahi. Tidak semua orang juga tidak suka diceramahi atau digurui, buktinya kalau ada sebuah acara motivasi atau acara seminar hingga sebuah ceramah agama pasti banyak yang akan datang dan menikmatinya juga. Namun dalam sebuah produk bernama film tentu saja tidak semua orang yang datang menonton sebuah film itu tujuannya adalah untuk di ceramahi atau di gurui. Sebagian besar orang datang menonton film adalah dengan tujuan pertama mencari hiburan, nanti didalamnya baru dibagi lagi ada yang mencari hiburan plus makna, ada yang suka hiburan mata, ada yang suka hiburan sekedar menghilangkan stress dll. Yang pasti kehadiran film dalam sejarah dunia memang tak lepas dari sebuah pesan yang ingin disampaikan lewat media bergerak ini. Itulah makanya dalam pelajaran teori komunikasi yang saya dapat dibangku kuliah dulu disebutkan bahwa tak ada karya film yang tidak mempunyai pesan didalamnya, semua film semacam apapun bentuknya baik atau buruk terlihat dimata penontonnya semuanya tetap memiliki muatan pesan didalamnya, tak ada satupun karya film yang dibuat tanpa pesan dari pembuatnya didalamnya, pesan bisa dalam arti luas, bisa berarti si pembuat film ingin bercerita,ingin curhat,ingin pamer,ingin memperbaiki hidup orang,ingin melarang orang,ingin cari perhatian dll. Bagi pembuat film tentu saja hal ini adalah mutlak dimana ketika kita pertama kali akan membuat film, hal pertama yang menjadi dasarnya adalah PREMIS, Premis inilah yang biasanya berisikan pesan contohnya Premis dari film Romeo dan Juliet adalah Cinta menembus batas maut.
Lalu apakah yang di maksud dengan otak bawah sadar ?
Inilah otak yang mudah dimasuki oleh pesan tersirat yang tak berbentuk sebuah pesan secara jelas dan gamblang  melainkan ia masuk kedalam otak bawah sadar penonton lewat sebuah emosi yang berkaitan dengan si penonton terhadap karya yang ditontonnya. Mungkin kita bingung melihat sikap dan tindakan anak anak muda sekarang yang pola hidup dan pergaulan mereka cenderung mengikuti cara cara negative seperti tontonan sinetron atau film film remaja luar yang populer dimedia. Bahkan terkadang nasehat ataupun segala tindakan yang jelas jelas membawa pesan moral bagi mereka justru diabaikan ? seakan semua budaya popular dalam media TV dan Film kini menjadi budaya yang lebih mudah dihafalkan oleh generasi muda sekarang. Inilah yang disebut kuatnya pengaruh sebuah tontonan hiburan yang membawa pesan terselubung yang bisa masuk melalui otak bawah sadar itu.

Masuknya pesan yang tak bisa disadari melalui otak bawah sadar ini bagaikan sebuah teori jarum suntik dimana serum didalam suntik akan langsung menjalar kesemua jaringan darah kita menyatu disemua bagian tubuh kita tanpa kita sadari. Pesan pesan ini masuk secara diam diam karena kita tidak menyadarinya, contohnya ketika kita menonton Film yang kemudian kita sangat sukai atau idolai baik tokoh maupun ceritanya, maka secara tidak langsung dan tidak kita sadari dalam setiap hidup kita maupun tindakan kita akan dengan mudah mengikuti seperti semua yang ada dalam cerita maupun karakter si tokoh tersebut. Bahkan sipembuat film akan dengan mudah menyampaikan semua gagasan atau isi kepalanya agar penonton bisa mengikuti apa kemauannya tanpa di sadari. Namun uniknya pesan pesan yang mudah ditiru seperti ini biasanya bukan berada didalam sebuah film bertema pendidikan ataupun film inspiratif, Kebanyakan pesan pesan seperti ini justru berada didalam film film hiburan yang bertemakan fantasi atau jauh dari realita kenyataan.

Pernahkah mendengar bahwa film adalah sebuah produk budaya ? Bahkan Film adalah sebuah produk yang justru menciptakan sebuah budaya baru, menciptakan sebuah dunia baru,sebuah dongeng baru, sebuah wawasan baru, sebuah teori baru, menghidupkan sebuah karakter baru yang ilusi, semuanya berasal dari si pembuat film yang kemudian akan diikuti secara tidak sadar oleh penontonnya. Mengapa ketika sebuah film besar seperti Harry Potter, Spiderman atau bahkan Star Wars bisa membuat orang tergila gila membeli semua merchandaisenya mulai dari peralatan hingga pakaiannya ? karena penonton menerima sebuah karya yang berhasil diciptakan oleh si pembuat film sehingga dengan sendirinya karya itu menjadi sebuah budaya baru yang akan dikenang dan diikuti oleh generasi seterusnya bahkan terkadang budaya yang baru ini bisa mematikan budaya yang lama. Kita lihat saja ketika sebuah trend bisa berganti dari masa ke masa hanya karena pengaruh sebuah film, bagaimana ketika film Ghost di tahun 90 an kala itu membuat para wanita tergila gila dengan rambut ala Demi Moore. Dengan kata lain film sukses melahirkan sebuah budaya baru yang lebih ampuh racunnya mempengaruhi. Sebuah pengaruh posistif yang disematkan secara diam diam akan menjadi baik tetapi ada kalanya bisa menjadi buruk pula, contohnya melihat bagaimana banyaknya kejadian anak kecil yang terjun dari lantai gedung akibat teracuni tontonan Superman atau Spiderman. Tentu saja itu bukan salah film nya tetapi itu adalah sebuah bukti bahwa betapa kuatnya pengaruh sebuah film jika salah di pahami karena itu para orang tua memang harus hati hati memilih tontonan bagi anak anaknya atau minimal mendampingi ketika menonton meskipun dikira itu hanya film hiburan biasa. Dalam film Tom and Jerry antara tikus dan kucing kejar kejaran begitu saja bisa membuat psikologis anak merasa bahwa kekerasan itu hal yang biasa karena menonton adegan pukul memukul yang cukup extrim dipertontonkan antara Tom and Jerry yang sepintas kita anggap hanya kartun biasa. Sekali lagi semua itu bukan salah tayangannya tetapi penontonlah yang harus bijak memilihnya dan menyikapinya karena pengaruh film hiburan seperti itu justru lebih mudah masuk ke otak bawah sadar daripada jika kita memperlihatkan mereka film edukasi. Semakin kita tidak menyadari dimana nilai edukasi film itu maka semakin nilai nilai film tersebut mudah masuk kedalam otak bawah sadar kita. Jika kita sadar dan tahu dimana nilai edukasinya maka tentu otak kita akan memfilternya terlebih dahulu sehingga tak mudah menancap pesannya.

Film juga secara tidak langsung sebenarnya sudah mempengaruhi pola pikir masyarakat dari generasi ke generasi, mengubah Mind set, mencuci otak hingga meracuni bagi yang fanatik dengan idolanya. Pernahkan melihat film film dimasa perang dunia kedua dulu ? kala itu film dijadikan sebagai Propaganda politik, bahkan film film Rusia kala itu semacam Battleship Potemkim sangat tahu bagaimana memanfaatkan media film sebagai alat yang paling ampuh mempengaruhi masyarakat. Film ini adalah film bisu yang disutradarai oleh Sergei Eisenstein dan diproduksi oleh Mosfilm pada tahun 1925 di Uni Soviet. Film ini menampilkan dramatisasi pemberontakan awak kapal perang Rusia, Potemkin, terhadap pemimpin mereka di bawah rezim tsar pada tahun 1905.
Film ini disebut sebagai salah satu film propaganda yang paling berpengaruh sepanjang masa, juga sebagai film terbaik sepanjang masa pada Expo 58 di Brussels, Belgia
Film film itu bukanlah berbentuk dokumenter atau film penyuluhan semacam iklan layanan masyarakat, tetapi film hiburan yang sekilas kita akan menganggapnya film fantasi namun sebenarnya sarat dengan nilai propaganda tinggi, bahkan film komedi di masa itu dari Amerika seperti Chaplin saja yang yang terlihat sebagai sebuah hiburan biasa namun di curigai merupakan sebuah film propaganda dalam rangka menjelek jelekan dan mengolok ngolok Hitler dimasa itu yang dikenal dengan kumisnya yang khas. Pada jaman itu film memang betul betul dimanfaatkan sesuai fungsinya menghibur namun telah disusupi pesan politik meskipun  tidak terkesan sebagai produk berbau politik karena itu lebih mudah mengena dan diterima di otak penontonnya.
Saya meyakini bahwa ketika film film America yang sering menjadikan Para pemain Kulit Hitam menjadi Presiden Amerika walaupun hanya dalam sebuah film, namun itu telah menjadi sesuatu yang perlahan lahan mengubah Mindset masyarakat Amerika bahwa suatu saat mereka bisa saja dipimpin oleh seseorang yang berkulit hitam. Hingga akhirnya apa yang selama ini hanya tergambar lewat fantasi film tersebut bisa menjadi nyata ketika Obama yang berkulit hitam bisa duduk menjadi Presiden di alam nyata sesungguhnya. Padahal kita tahu sejarah Amerika yang tadinya sangat Rasis bisa perlahan lahan berubah seiring jaman. Film telah berhasil mempengaruhi dan membentuk pola pikir masyarakatnya yang tadinya berbeda menjadi menerima. Pola seperti ini pula yang saat ini sedang saya terapkan dalam film film saya selama ini di Papua dengan menjadikan anak anak dari Timur menjadi Protagonis dalam film action yang selama ini sering menempatkan orang orang Timur sebagai penjahatnya sehingga menjadi sebuah mindset yang melekat. Di Amerika bahkan sudah lebih maju dimana banyak tokoh superhero yang dimainkan oleh aktor kulit hitam, saya pikir di Indonesia pun seharusnya begitu, semua pandangan yang tabu, mindset yang sempit bisa dibuka lewat mimpi dalam fantasi sebuah film, lama kelamaan bukan tidak mungkin mimpi itu akan jadi kenyataan, contohnya saja sebelum manusia bisa kebulan sebelumnya sudah ada yang membuat cerita tersebut walaupun hanya sebuah dongeng, namun siapa sangka jika akhirnya dongeng itu akhirnya jadi kenyataan ? Ada banyak hal yang dulunya hanya berupa film yang dianggap fantasi dan tidak masuk akal, dianggap hanya mengarang saja tanpa fakta namun kemudian dimasa sekarang semua itu menjadi nyata, film memberikan motivasi penemuan baru, fakta baru dan penciptaan budaya baru. Karena itulah saya memang lebih cenderung membuat cerita kearah fiksi yang fantasi daripada kenyataan, sebab kenyataan sudah pasti bisa di gapai dan jalani didepan mata tetapi sebuah masa depan hanya bisa tergambar lewat fantasi sehingga lewat itulah yang akan menciptakan sesuatu yang bisa saja akan menjadi nyata. Ibarat membawa sebuah mimpi yang kemudian diwujudkan menjadi nyata.  Jika sudah berbentuk nyata buat apalagi diwujudkan ? tugas para pemimpi itu adalah berjuang mewujudkan sesuatu yang dianggap orang omong kosong, mimpi,bualan,hayalan menjadi sebuah kenyataan meskipun itu harus dimulai dari sebuah ilusi audio visual yang akan dijadikan prototype perwujudan aslinya dialam nyata, sebuah contoh dimana robot robot yang dulunya hanya bisa di ilusikan dalam animasi film film akhirnya kini bisa betul betul diwujudkan secara nyata. Mungkin dulu yang menonton film menganggap semua itu hanya hayalan pembuat film saja tetapi buktinya kini menjadi nyata.

Kembali pada kisah para remaja sekarang yang cenderung gayanya mengikuti dan terpengaruh oleh pola tontonan masa kini ala kebarat baratan ataupun sifat yang menyerupai drama sinetron di televisi, tentu saja itu bukan perkara mudah untuk diubah kembali sesuai norma budaya kita. Saya juga yakin jika 100 film bertema pendidikan dan pesan moral yang jelas jika dipertontonkan di mata mereka tidak akan mampu mengubah pandangan mereka untuk mengikuti satu tontonan hiburan yang mereka sukai dan idolai mati matian. Ketika dimana otak bawah sadar mereka lebih mudah menerima semua pesan yang dianggap negative itu daripada ratusan pesan positif yang tersampaikan secara tendensius dan disadari serta diwaspadai oleh mereka. Ketika mereka disuguhkan sebuah film berbau embel embel pesan moral maka belum juga menonton mungkin saja mereka akan menolak melihatnya, karena sudah merasa akan diceramahi atau di gurui, bahkan terkadang kita mendengar pernyataan seperti ini “Kalau mau di didik jangan ke bioskop lah mendingan ke sekolah, kebioskop kan untuk cari hiburan”. Pernyataan itu memang tidak salah sesuai fungsinya film memang sejatinya harus menghibur, didalam hiburannya itulah kemudian ada pesan pesannya secara halus nantinya kita dapat. Jadi pengertiannya bukan dibalik sebab jika dibalik itu sama saja dengan sekolah di TK atau Playgroup dimana tujuan utamanya Edukasi yang dibumbui dengan hiburan buat anak anak supaya mereka tidak jenuh. Prinsip Film adalah Hiburan yang dibumbui dengan edukasi sebagai salah satu elemen jika diperlukan didalamnya bukan sebaliknya.
Untuk lebih jelasnya, Bandingkan kedua adegan ini :
-          Dalam sebuah film bertema pesan moral dan pendidikan ada adegan seorang anak yang sedang mencuri lalu dinasehati oleh seorang guru yang lebih tua “hei nak kamu jangan mencuri, karena mencuri itu tidak baik” dan seterus….
-          Dalam film Spiderman ada adegan Peter parker sebelum berubah menjadi spiderman ia justru menggunakan kekuatan yang dimilikinya untuk mencari uang demi ambisi pribadinya pingin punya mobil agar bisa mendapatkan Mary jane, namun suatu ketika ia berpapasan dengan seorang penjahat dan ia justru memberikannya jalan meloloskannya hanya karena ia kesal pada bosnya yang memberinya upah uang sedikit, kejadian itu menjadi sumber bencana baginya ketika si penjahat ternyata membunuh pamannya yang sedang menunggunya dibawah. Sejak itulah peter akhirnya menjadi spiderman membasmi semua penjahat karena tak ingin kejadian itu menimpa keluarganya lagi.
Dari kedua adegan diatas tentu saja yang adegan pertama pesan yang disampaikan terlalu verbal dan vulgar sehingga akan berhadapan dengan otak sadar penonton. Penonton tentu akan mencernanya dulu sebelum diterima, bisa jadi ada penonton yang akan menolak pesan itu karena dianggap hanya sebuah akting saja seperti sebuah iklan, atau mungkin jika ada penonton yang kebiasaannya memang suka mencuri akan tertawa saja melihat adegan ini. Namun di adegan kedua justru pesan moral yang ditangkap dari peristiwa yang digambarkan sebagai sebuah dongeng sederhana itu justru lebih mengena karena tidak dianggap sekedar akting. Penonton terbuai dengan adegannya, menyukainya sehingga pesan pun masuk secara tidak disadari. Penonton terutama anak anak akan tertanam secara tidak sadar bahwa jiwa kepahlawanan membasmi kejahatan harus muncul demi semua orang bukan karena ambisi pribadi akhirnya kita menyesal ketika kejahatan dibiarkan merajalela dan pada akhirnya bisa merugikan keluarga kita sendiri.
Mengapa pola seperti ini justru lebih banyak digunakan oleh para pembuat film barat daripada pembuat film lokal kita ? sebab di Indonesia kita masih berputar pada sebuah pemahaman bahwa film yang baik itu adalah film yang mendidik,mengandung pesan moral dan sebagainya, semua orang kita berlomba lomba membuat film yang ada pesan moralnya sehingga bisa dipuji wah bagus ini film yang mengandung pesan moral, ini film yang mengangkat ini dan itu, tujuan utama membuat film akhirnya menjadi ingin membuat film yang mendidik melupakan nilai hiburannya, sementara orang orang di Barat telah menyematkan pesan pesan moral mereka itu kedalam film film hiburan yang selama ini kita menganggapnya tidak ada pesan moralnya. Bahkan jangankan pesan moral lewat cerita, semua aspek apapun termasuk nilai nilai artistik dalam film film luar mengandung daya pengaruh ke otak bawah sadar kita misalnya pemilihan kostum superman yang mewakili warna bendera Amerika, itu tidak secara langsung tertanam dalam mindset kita ketika melihat bendera Amerika sehingga ketika tokoh itu superhero maka kita akan ingat pula negaranya sebagai Negara superhero.
Cara paling efektif jika ingin mendidik generasi muda kita sesuai dengan apa yang kita inginkan tersebut adalah dengan cara yang sama dilakukan oleh pembuat film yang mereka sukai tersebut, yakni bagaimana memikat mereka lebih dahulu dengan hiburan yang mereka sukai dalam film tersebut, setelah mereka terpikat otomatis semua pesan yang disematkan didalamnya akan masuk secara tidak sadar ke benaknya. Ini jauh lebih berpengaruh daripada mereka di paksa mendengarkan sebuah ceramah tentang moral yang mereka akan berupaya menolaknya lewat otak kesadarannya karena dianggap mengguruinya. Inilah makanya banyak iklan atau sponsor yang lebih suka menempatkan produk mereka kedalam sebuah adegan film dari pada iklan, contohnya ketika ada adegan seorang idola di film meminum sebuah minuman bermerk tertentu dalam sebuah film tanpa terlalu menonjol, maka secara tidak langsung alam bawah sadar penonton yang fans kepada idolanya akan mengingat merk itu dan menerimanya daripada merk yang mereka dapatkan dari iklan resmi produk tersebut. hanya saja penempatan iklan dalam adegan film yang terkadang juga terlalu vulgar sehingga menjadikan antipasti dari penontonnya karena mereka sadar jika yang dilihatnya itu adalah iklan sebuah produk. Sebuah contoh penempatan iklan yang baik dan tidak terasa aroma iklannya adalah misalnya pada adegan film Home Alone 2 dimana si anak kecil memberikan tips kepada pelayan hotel dengan memberikannya permen, adegan itu seakan hanya sebuah adegan lucu namun sebenarnya menampilkan merk dari permen tersebut secara tidak disadari oleh penonton dan dengan begitu merk produk itu sukses masuk ke otak bawah sadar penonton.

Komunikasi dalam sebuah film juga bukan hanya diartikan membawa pesan moral atau pun sponsor tetapi sebagai sebuah media bercerita bagi pembuatnya. Lihat saja film film Iran dimana pembuatnya selalu bercerita tentang kultur masyarakat disana, atau bahkan dalam film Taste of Cherry yang menggambarkan kisah pencarian seorang yang ingin bunuh diri, isi filmnya berjalan jalan mengitari sebuah wilayah di Iran, namun itulah cerita tentang bagaimana alam geografis Iran yang sedang dituturkan dan diperlihatkan oleh pembuatnya kepada penontonnya, ibaratnya kita bercerita tentang bagaimana suasana dan gambaran kampung halaman kita kepada teman kita yang jauh.

Dalam film film saya sendiri sejak saya membuat film pertama hingga film yang ke enam ini di tanah kelahiran saya Merauke Papua, selalu ada komunikasi yang saya sampaikan ke penonton melalui alam bawah sadar tersebut. Sesuatu yang sangat menonjol dan selalu berulang ulang saya gambarkan dalam film film saya adalah tentang gambaran geografis Papua Selatan dimana saya dilahirkan. Sebuah wilayah yang dekat dengan dataran pantai dan rawa bukan gunung (selama ini banyak orang diluar papua yang mengira semua wilayah papua itu berbentuk pegunungan) Semua terekam dalam adegan seperti wajah kampung dan wajah kota yang begitu timpang ketika orang orang dikota begitu ramai dan hidup mewah seperti kota besar lainnya yang maju sedangkan di kampung kampung masyarakat hidup dalam kesederhanaan dan rumah rumah yang tidak layak. Jalanan  yang sulit menjangkau dari satu kampung ke yang lainnya, serta hegemonitas dan proses asmilasi masyarakat di Papua Selatan yang berbeda dengan wilayah Papua lainnya.
Film bagi saya adalah sebuah cara untuk berbicara menjawab semua pertanyaan, membalas semua hasutan, mengcounter segala bentuk fitnah, serta menceritakan dari sudut pandang di tempat saya lahir sehingga mungkin akan berbeda penafsirannya jika kita memandangnya dari luar. Sebagai contoh dalam Film Epen Cupen The Movie diadegan awal film ada shot Pemainnya berdiri didepan sebuah Mall besar bertingkat seperti dikota kota besar. Dan di Mall itu ada tulisan Jayapura Mall. Ini adalah sebuah jawaban yang saya berikan kepada orang orang yang sering sekali menganggap Papua itu seakan akan semuanya masih hutan dan tak ada Mall. Lalu juga ada adegan ketika pemain dari sebuah kampung kecil menuju kekota harus mendayung perahunya siang dan malam. Ini tentu saja hal yang dekat dengan keseharian saya di sana dimana dikampung kelahiran saya Muting, para penduduk didesa desa kecil disepanjang kali bian memang harus menggunakan transportasi perahu kecil yang dikayuh siang dan malam hanya untuk menuju ke kecamatan saja. Alam geografis di Papua tidak seperti di wilayah Barat Indonesia yang bisa ditempuh lewat jalan darat ataupun transportasi semacam bis dan kereta, minimnya transportasi layak antar daerah di Papua ini selalu berkali kali saya tonjolkan dalam film film saya selama ini. Dalam beberapa film lainnya malah berisi bagaimana saya menjawab dan menjelaskan pandangan keliru orang dari film film sebelumnya. Penjelasan tidak harus lewat kata kata tetapi lewat adegan, yang seperti inilah yang biasanya tidak disadari penonton tetapi otomatis sudah masuk dan diterima oleh otak bawah sadarnya. Yang kita lihat nanti hanya dampak yang terjadi setelah menonton saja bukan pendapatnya atau ulasan verbalnya. Terkadang si penonton menilai dengan lidah nya secara sepele atau berupaya mengabaikannya bahkan menolaknya, tetapi otaknya bawah sadarnya sendiri sudah menerimanya menjadi sebuah wawasan baru menancap tanpa disadarinya. Semua itu baru akan terlihat jika suatu ketika ia berhadapan dengan sebuah situasi yang mengharuskan ia menjelaskan sebuah hal dikenyataan yang kebetulan pernah dilihatnya di film tersebut, maka ia akan bercerita seakan akan ia sudah mengenalnya baik padahal semua itu ia dapatkan dari film yang pernah dilihatnya dan ditolaknya secara akal sehat tersebut, ternyata akal bawah sadarnya masih menyimpannya.

Ada beberapa film saya yang mungkin hanya ditangkap penonton sebagai sebuah hiburan saja atau mungkin juga mengira tak ada pesan didalamnya, ya itu justru jadi berhasil ketika penonton tidak menyadari ada pesan didalamnya, dengan begitu pesan sudah masuk lewat alam bawah sadar mereka, itulah yang terjadi lewat otak alam bawah sadar tadi. Saya sangat menghindari sebuah pesan vulgar yang jelas karena tentunya akan kurang efektif mengena dibandingkan pesan terselubung lewat alam bawah sadar tadi. Mungkin sama hal nya ketika kita bertanya apa pesan moral dalam film Harry Potter ? mungkin sulit mencarinya karena yang teringat dalam otak sadar kita hanya adegan adegan spektakuler serta efek visualnya saja padahal sebenarnya dalam setiap adegan nya dipenuhi banyak pesan moral juga hanya saja semua secara halus di blend kedalam cerita dan adegan bukan secara verbal.
Saya tidak menampik juga jika dalam beberapa film saya yang memberikan pesan moral secara gamblang dan jelas secara verbal, bahkan dalam adegan ending di Epen Cupen the Movie pun ada adegan ketika pemain protagonisnya harus mengucapkan beberapa kata yang kesannya terasa menasehati/menggurui penonton. Namun saya hanya menempatkan pesan vulgar itu diending film saja sebagai puncaknya setelah sebelumnya sebenarnya saya sudah menggiring opini dan perasaan penonton kearah maksud seperti yang diucapkan secara gamblang tersebut. Tapi sekali lagi saya lebih merasa bahwa pesan yang saya sampaikan secara tersirat akan lebih mengena dibandingkan pesan verbal yang diucapkan secara jelas tersebut. Dan pesan pesan tersirat itu ada di semua bagian film sekecil apapun meskipun penonton mengira itu hanya hiburan saja.


Jakarta, 21 Desember 2015
Acho

Monday, 17 August 2015

KENANGAN 17 AGUSTUS DI KAMPUNG MUTING MERAUKE

Sejak lahir hingga melewati masa kecil di Kampung Kecamatan Muting Kabupaten Merauke daerah didekat perbatasan RI-PNG itu saya memang tak pernah melihat dunia luar. Apa yang saya lihat, dengar dan rasakan sama persis seperti yang dirasakan kawan kawan saya anak anak Papua yang dibesarkan bersama sama ditengah alam rawa rawa Bian.

Termasuk sebuah acara seremoni tahunan yang selalu kami kenang dan kami tunggu setiap tahunnya. Bagi kami di kampung itu sebuah hiburan adalah sesuatu yang luar biasa mahalnya apalagi tak ada televisi di kampung kami, karena itulah acara tahunan seperti itu adalah pengobatnya. Berbagai acara yang digelar setiap memperingati 17 agustus satu minggu sebelumnya  dimulai dari adanya pasar malam selama satu minggu berturut turut serta kompetisi sepak bola antar kampung. Pasar malam di isi oleh berbagai hidangan kuliner sampai jualan dari masyarakat kampung mulai Dari Papeda sampai bebagai makanan yang jarang kita temui bisa di dapatkan disini. Ketika transmigrasi masuk di Muting sekitar akhir tahun 80 an, pesertanya jadi semakin banyak bahkan disinilah saya mengenal makanan bernama bakso buatan mas mas dari lokasi transmigrasi. Bukan hanya saya saja, bakso akhirnya menjadi sebuah makanan trend baru bagi warga Muting yang selama ini kami tak pernah melihat dan merasakannya.   Namun yang paling kami tunggu kehadirannya saat itu adalah panggung hiburan, yaitu sebuah panggung yang berada ditengah tengah lapangan. Setiap malamnya panggung itu akan di isi oleh berbagai penampilan dari masyarakat sendiri, ada yang menampilkan musik,tari,lomba Mop,hingga lawak. Semua dilakukan masyarakat dengan keikhlasan tanpa adanya himbauan apalagi paksaan.  Kenangan ini pernah saya visualkan dan reka ulang di dalam film Melody Kota Rusa ditahun 2010.
Saya sendiri pernah 5 kali tampil di panggung ini membawakan lawak bersama grup yang saya dirikan bersama teman teman di SMP. Yang menggelikan waktu itu adalah ketika kami tampil membawakan lawak untuk pertama kalinya. Waktu itu jenis lawakan yang sering dibawakan di panggung oleh kaka kaka kami di Muting adalah lawakan jenis drama atau theaterikal yang biasa dimainkan di gereja. Namun kami memberikan sebuah penampilan dengan gaya baru. Ini karena kami diajarkan melawak oleh seorang teman orang Jawa yang berasal dari lokasi transmigrasi, ia mengajarkan kami lawakan gaya modern atau yang mungkin waktu itu sedang trend seperti Srimulat. Jadilah penampilan kami mendapatkan sambutan yang bukan main meriahnya. Saking meriahnya sampai sampai panitia meminta kami mengulang lawakan itu di hari terakhir panggung hiburan atau tepatnya di malam puncak 17 agustus karena malam itu akan dihadiri oleh Bapak Camat yang katanya ingin sekali melihat penampilan kami. Sampai sekarang saya masih selalu merasa geli mengingat peristiwa itu karena tak bisa membayangkan ketika kami membawakan ulang lawakan panggung yang sudah kami bawakan beberapa hari sebelumnya di panggung yang sama dengan tema yang sama dan penonton yang sama, maka beberapa jokes yang kami lemparkan sudah bisa tertebak oleh penonton bahkan sebelum si pemain berbicara, masyarakat yang menonton sudah lebih duluan mengucapkan dialog yang akan di ucapkan pemain di panggung karena mereka sudah menghafalnya dari penampilan sebelumnya. Penampilan panggung kami juga terkadang menampilkan aksi aksi spektakuler misalnya menggunakan pistol pistolan mainan yang bisa mengeluarkan ledakan dan asap serta darah buatan yang ditaruh di dalam plastik kecil yang siap dipecahkan pemain ketika adegan tertembak atau didalam mulutnya jika terpukul.  Selama beberapa tahun selama saya duduk dibangku SMP grup kami menjadi grup lawak favorit yang selalu ditunggu tunggu masyarakat Muting waktu itu setiap 17 agustusan.

Yang uniknya sewaktu masih SD, saya dan adik malah pernah di minta ikut bermain dalam sebuah drama pertempuran antara pasukan Indonesia melawan Belanda yang dibuat oleh kaka kaka kami yang biasa membuat acara drama di Gereja. Namun drama kali ini bukan ditampilkan diatas panggung namun dimainkan oleh puluhan pemain ditengah lapangan bola di pagi hari dan ditonton oleh ratusan masyarakat yang mengelilingi lapangan. Waktu itu semua mainan senjata senjata saya juga dipinjam untuk permainan drama kolosal itu.

Sewaktu drama berlangsung, suara tembakan di dubbing secara langsung dari petugas tentara dipinggir lapangan yang menembakkan senjata dengan peluru hampa keudara sehingga membuat adegan drama yang kami mainkan serasa hidup dan menegangkan.  


Saya ingat ada satu dialog lucu waktu itu dimana seorang Pace tua yang berperan sebagai Bos pasukan Belanda yang rambutnya di cat kuning harus membaca dialog : "Kamu makan sagu dan saya makan roti" namun ketika bermain dia malah terbalik mengucapkan dialog itu menjadi : "Saya makan sagu kamu makan roti" mungkin karena saking terlalu semangat atau jujurnya beliau.
Ada lagi sebuah grup musik band lokal idola kampung kami yang selalu ditunggu penampilannya waktu itu. Sebuah band bernama mezmandelo band. Mereka adalah sekumpulan anak muda berbakat di kampung Muting yang membawakan lagu lagu berbahasa Marind (suku asli di Muting) namun dengan irama musik modern yang disukai anak muda masa itu.  Mereka juga sangat kreatif, beberapa alat musik mereka terbuat dari bahan buatan sendiri, maklum saja di kampung kami saat itu akses untuk ke kota Merauke hanya bisa ditempuh lewat pesawat twin otter kecil atau laut, perjalanan darat belum dibuka resmi sehingga untuk bisa melihat peralatan band normal seperti layaknya grup band betulan sulit terwujud saat itu. Listrik saja pun belum masuk dikampung kami, semua menggunakan genset kecil atau bahkan sebelumnya lagi hanya menggunakan lampu petromax yang dipompa.  Praktislah alat alat band mereka sangat unik, misalnya saja drum mereka terbuat dari kayu berlubang yang ditempeli kulit rusa sementara simbalnya diakali menggunakan  plat seng untuk atap. Sementara alat musik lainnya menggunakan gitar akustik, dan bas dari karet band. tentu saja karena sound system yang digunakan juga hanya berupa sound system untuk microfon bukan buat sebuah peralatan musik. Namun dengan keterbatasan alat alat itu pun bagi kami band itu sudah menjadi band paling keren dan top di kampung kami, setiap kali Mezmandelo tampil saya dan teman teman saya akan berteriak sekeras kerasnya sebagai fans fanatic sampai guling guling didepan panggung saking senangnya tak terhingga melihat band kebanggaan kami tampil. Saya sendiri mengakuinya hingga saat ini pun saya masih menjadi pengagum dan fans dari band itu walaupun kini para personelnya sudah tua tua semua dan sudah banyak yang meninggal.  Kelak di kemudian hari setelah saya menjadi seorang sutradara, saya pun mengabadikan kisah perjuangan band ini dalam film melody Kota Rusa (2010)lewat penggambaran walef band bahkan di sekuelnya Melody Kota Rusa 2 yang dibuat tahun 2012 ada 2 lagu dari band mezmandelo yang kami beli untuk di aransemen ulang dan dinyanyikan para pemain di film itu. Di tahun 2014 juga adik saya membantu mereka membuat rekaman lagu lagu mereka yang selama ini tak pernah terwujud dalam puluhan tahun, sayang sekali personel asli mereka yang dulu sudah tak ada lagi karena sudah tua dan meninggal.

Selain kenangan tentang band mezmandelo di panggung 17 agustus itu, ada lagi kenangan yang tak terlupakan hingga kini yaitu tentang pertandingan bola antar kampung yang juga menjadi hiburan paling ditunggu setiap tahunnya menjelang agustusan. Biasanya karena adanya pertandingan ini semua orang dari desa desa yang terpencil sekalipun akan datang berkumpul di kecamatan Muting untuk mendukung tim desanya. Padahal untuk mencapai kecamatan Muting saat itu mereka harus mengayuh perahu dengan dayung selama 1 atau 2 hari namun semangat masyarakat saat itu sangat tinggi. Memang tak ada bicara tentang makna dari semangat 17 agustus dan sebagainya, yang kami tahu waktu itu acara ini adalah sebuah pesta tahunan yang berisi hiburan untuk rakyat sama sekali tak ada hubungannya dengan rasa nasionalisme karena saat itupun saya sendiri tidak tahu nasionalisme itu apa. Yang kami tahu bahwa setiap bulan agustus akan ada acara pesta besar besaran di kampung kami dimana kami berkumpul. Dan semua akan berkumpul di kota kecamatan. Ketika pertandingan bola di gelar, semua berlomba untuk jadi yang terbaik membanggakan kampungnya. Penontonnya juga bukan main banyaknya. Namun ada dua tim yang paling di takuti masyarakat jika sedang bertanding yakni tim tentara dan polisi. Saya masih ingat hari itu ketika kami sedang asyik menuju lapangan ingin menonton pertandingan bola antara tim Koramil vs Polsek, waktu itu kami sudah terlambat setengah jam. Tiba tiba saja belum juga sampai di lapangan orang orang sudah berlarian kocar kacir lalu terdengar suara letusan senjata dilapangan, kami pun ikut berlarian pulang kerumah masing masing sambil tiarap didalam rumah. Hal ini sudah biasa kami lakukan setiap ada suara tembakan maka akan masuk rumah dan tiarap mirip ketika masa perang jaman dulu. Belakang dari saksi mata dilapangan kami baru diberi tahu bahwa tadi terjadi bentrokan yang bermula akibat salah satu gawang ada yang kebobolan dan salah satu pihak tidak terima dan menganggap itu kecurangan lalu mulai memakai senjata dan menembaki kaki lawannya. Untung saja insiden itu tidak memakan korban karena yang ditembak kakinya sempat menghindar dengan melompat.  Memang begitulah yang terjadi setiap para penegak hukum yang seharusnya memberi kedamaian ini bermain kadang mereka terlalu arogan tak mau kalah. Pernah ketika salah satu tim dari polsek bertemu dengan kampung Boha, terpaksa tim dari kampong boha harus melakukan walk out keluat dari lapangan karena merasa mereka diperlakukan tidak adil oleh wasit yang cenderung membela tim polsek. Jika bertemu dengan tim kampung memang mudah untuk melakukan itu namun ketika mereka bertemu tim tentara maka keduanya jelas tak akan mau mengalah. Setelah beberapa kali kejadian seperti ini terulang terus maka di tahun tahun berikutnya ada pelarangan untuk tim polisi dan tentara lagi untuk ikut bermain dalam kompetisi sepak bola antar kampung itu oleh Camat Muting.

Kenangan perayaan 17 agustus di Muting ini adalah sebuah kenangan yang akan terus saya kenang dalam hidup saya sebab sejak saya selesai kuliah di Jakarta dan balik ke kampung Muting di tahun 2000 an  ternyata semua kegiatan seperti ini sudah tak ada lagi, kini 17 agustus seperti biasa biasa saja, tak ada beda dengan hari lain. Panggung hiburan yang dulunya berdiri ditengah lapangan juga sudah tak ada lagi, bahkan kalaupun ada saya rasa sudah tak ada yang akan ikhlas mengisinya seperti dulu lagi. Itulah yang kemudian mendorong saya untuk menghidupkan kembali kenangan itu didalam film melody Kota Rusa ditahun 2010, seandainya saja aktifitas itu masih ada hingga sekarang mungkin saya juga tak akan mengangkat dan menghidupkannya kembali  ke dalam film untuk mengenangnya karena masih bisa melihatnya secara langsung.  Saya merasa perlu mengabadikan semua hal hal yang dulu saya lihat ke film agar bisa menjadi refleksi dan pelajaran bagi orang orang yang sekarang tidak bisa melihatnya lagi minmal sebagai bagian dari sejarah yang pernah terjadi di masa lalu.

Jika ada yang bertanya kenapa semua yang dulu itu kini hilang ? maka saya merasa bukan saya yang bisa menjawabnya karena  jawabnya ada di dalam diri kita masing masing…

Irham acho
17 Agustus 2015

Wednesday, 15 July 2015

Menganalisa data penonton film Epen Cupen The Movie

Analisa penonton ini saya buat berdasarkan data data resmi dari pihak produser dan 21 yang saya pantau setiap hari selama penayangan film ini. Semuanya bertujuan untuk sebagai kajian dalam belajar membaca demografi penyebaran penonton di Indonesia yang luas terhadap sebuah film Nasional dan bukan hanya yang kita lihat didepan mata saja.

Epen Cupen The Movie mulai ditayangkan di bioskop seluruh Indonesia mulai tanggal 13 mei 2015. Sebuah film aksi komedi yang memajang wajah dua pemain utamanya yang bukan artis besar diposternya. Sementara para artis Nasional yang punya nama besar lainnya hanya diletakkan namanya saja dibawahnya tanpa ada wajah wajahnya. Media malah memberinya label film dari Papua. Pendapat seorang wartawan bahwa film Nasional masih mempunyai daya tarik di posternya jika di isi oleh pemain terkenal yang di jual mungkin ada benarnya juga.  Film ini juga tidak terlalu melakukan promo besar besaran seperti film film lainnya. Bahkan untuk di media sosial juga hanya berjalan apa adanya melalui penggemar dan pemainnya tanpa sebuah promo skala khusus terencana.

Malam sebelum penayangannya sempat menjadi Trending topic di urutan ke 2, ini bukan trending topic suntikan atau bayaran melainkan terjadi akibat interaksi dari salah satu pemainnya Babe Cabiita yang bermain kuis dengan hadiah kaos dan tiket.


Pada tanggal 13 Mei Epen Cupen The Movie mulai tayang di bioskop 21 serta bioskop bioskop non 21 diseluruh Indonesia. untuk bioskop 21 Jakarta seperti ini tabel shownya di Jakarta :
Terlihat memang dari tabel diatas tidak semua bioskop 21 yang ada di Jakarta yang dipasangi layar film ini contohnya saja bioskop Tamini tidak ada dijadwal padahal seminggu sebelumnya saya sempat kesana ada poster Coming Soonnya. Ini membuat banyak penggemar epen cupen protes karena filmnya tak main di bioskop terdekatnya, entah dengan alasan apa saya pikir yang pasti saat itu memang sedang banyak banyaknya film luar dan masih ada beberapa film Indonesia yang tayang pula sehingga mungkin harus berbagi layar dengan mereka. Atau kemungkinan terburuk lainnya adalah mungkin saja memang pasar penonton buat film film bertema Timur seperti ini sudah di petakan seperti ini bioskop yang bakal ada penontonnya di seputaran Jawa.

Dihari pertama pemutarannya film epen cupen the movie mendapatkan penonton sebanyak 11.500 penonton. Angka yang pada saat itu sulit diraih film film Indonesia lainnya. Entahlah penurunan jumlah penonton mungkin saja diakibatkan situasi ekonomi yang kurang stabil ataukah memang bulannya film film barat blockbuster menyerbu bioskop, yang pastinya dengan angka seperti itu sudah termasuk tinggi buat penonton lokal saat itu dibandingkan film film lainnya, Film film lainnya malah ada yang mendapatkan angka ribuan saja.

Epen Cupen the Movie kebetulan tayang pula dimajukan sehari tepatnya Rabu sebab kamis merupakan hari libur Nasional, jadi kami memang untung waktu sehari dibanding film lainnya yang biasanya tayang hari kamis mulainya. beberapa film Indonesia yang juga tayang bersamaan saat itu adalah LDR, film ini malah diprediksikan bakal mengalahkan penonton Epen Cupen sebab memasang wajah aktor yang sedang di idolakan remaja serta memakai setting luar negeri dan digarap oleh sineas yang film sebelumnya banjir penonton.

Pantauan di hari pertama penayangan lonjakan penonton tertinggi terjadi dibeberapa wilayah diluar Pulau Jawa. Sementara di Jawa sendiri biasa biasa saja sama seperti fenomena ketika film film timur diputar di bioskop selama ini tidak terlalu menarik bagi penonton dibagian Jawa.
Bukan hanya di bioskop Jakarta saja Epen Cupen the Movie di anggap kurang berpotensi menjaring penonton, Di Jayapura Epen Cupen The movie di taruh di Theater yang kapasitas penontonnya paling kecil (Theater 5), mungkin karena pengelola menganggap enteng film ini bakal sedikit penonton yang dipasang di Theater 1 kala itu adalah film Barat Mad Max, namun rupanya ternyata terjadi lonjakan penonton hingga tiketnya SOLD OUT untuk hari itu. Banyak penonton yang kecewa dan terpaksa pulang karena tidak kebagian tiket.  Barulah setelah terlihat lonjakan itu, Epen Cupen the Movie dipindahkan ke Theater 1 yang kapasitas penontonnya paling besar, dihari kedua jumlah penonton di Jayapura ini mencapai 925 penonton dengan asumsi berarti tiket kembali SOLD OUT di semua jam pemutaran hari kedua sekalipun harga tiket saat liburan dan weekend disitu mencapai RP. 75.000. Angka penonton harian di Jayapura cukup tinggi berkisar rata rata diangka 800 an penonton setiap harinya. padahal bioskop ini biasa tidak terlalu ramai setiap harinya, saya bahkan pernah mengunjungi bioskop ini ketika film The Raid 2 main disana namun juga biasa biasa saja tak ada antrian terjadi. Tak berlebihan jika di bioskop ini euforia Epen Cupen cukup tinggi mengingat lokasi syuting film Epen Cupen berada di Jayapura begitu juga para kru dan pemainnya berasal dari sana. Itulah makanya meskipun tak ada satupun promo film yang dilakukan di Jayapura namun penonton tetap datang membanjiri bioskop entah dapat informasi darimana. yang sempat jadi pertanyaan saya adalah ketika terjadi lonjakan yang membuat tiket Sold Out di awal awal hari pertama begini kenapa tetap tidak ada penambahan layar yang dilakukan.

Antrian juga terjadi di bioskop 21 Manado para pengunjung mengantri dari lantai satu hingga lantai dua, berbagai Nobar juga digelar disana atas inisiatif mereka sendiri.
Lalu di Makassar, Balikpapan dan Medan juga terjadi lonjakan penonton tinggi, dari hasil data penonton harian yang ada di produser, saya sempat mencatat penonton berkisar diangka 800 sampai 600 orang dalam sehari dalam satu bioskop di kota kota Makassar, Kalimantan, Manado,Medan serta Jayapura. Kota kota besar di Indonesia ini selama ini memang menjadi basis fans dari Epen Cupen yang sudah lama mereka kenal lewat DVD maupun Youtube. Di Makassar sempat diadakan acara Nobar juga yang di prakarsai oleh komunitas comic disana yang mendatangkan Babe Cabiita sebagai tamunya.

Berikut foto foto lonjakan penonton Epen Cupen The Movie yang terjadi dibeberapa wilayah diluar Jawa.

DI JAYAPURA XXI




DI MAKASSAR XXI (PANAKUKANG DAN M' TOS)






Fenomena lonjakan penonton didaerah seperti ini selama ini luput dari pengamatan orang orang film di Nasional sebab mereka lebih terfokus kepada penonton diseputaran pulau Jawa saja, jika terlihat suasana bioskop di Jakarta sepi maka mereka langsung mengklaim film itu tidak laku padahal mereka tak melihat Indonesia ini luas bukan hanya Jakarta saja. itulah makanya tolak ukur keberhasilan sebuah film masih sebatas sukses atau tidak di Pulau Jawa (tidak jauh mungkin sama juga dengan prinsip hitung hitungan suara dalam Pemilu dimana lumbung suara penentunya ada di pulau Jawa). Kenyataan inilah yang membuat film film dari daerah masih sulit berkembang di Nasional.

Hingga hari Minggu ( 5 hari) Epen Cupen The Movie berhasil mengumpulkan penonton sebanyak 66.689 dari bioskop 21 belum termasuk non 21. Angka yang akhirnya mengungguli perolehan penonton dari film saingannya di minggu itu. Angka ini termasuk angka paling tinggi untuk minggu pertama saat itu sebab film film yang tayang diminggu pertama sebelumnya seperti Youtubers di minggu pertama diangka 63.054 dan dan Toba Dreams diangka 60.735 Hanya satu film Indonesia sebelumnya yang diminggu pertamanya bisa meraup penonton tinggi yaitu Tarot diangka 102.445 penonton.
Berita pendukung : 
http://www.ulasanpilem.com/2015/05/bioskop-indonesia-2015-5-4-5-10.html
http://www.ulasanpilem.com/2015/05/bioskop-indonesia-27-4-3-5.html 
http://www.ulasanpilem.com/2015/05/bioskop-indonesia-2015-5-11-5-17.html 


MINGGU KE 2

Di hari senin tanggal 19 mei 2015 beberapa bioskop di Jakarta sudah mulai melakukan share layar dibeberapa tempat. Berikut tabelnya :
 

Namun yang paling menyedihkan adalah di minggu kedua ketika masuk film baru di hari kamis, layar epen cupen mulai di turunkan hampir 80 persen di wilayah Jakarta, seperti di tabel ini :
Data di tanggal 23 Mei diatas menunjukan bahwa di minggu kedua hampir sebagian besar layar epen cupen the movie sudah di kurangi begitu banyaknya. Dengan perolehan penonton di minggu pertama yang tertinggi mengungguli semua saingannya saat itu ternyata masih belum mampu membuatnya bertahan juga. Entah butuh berapa penonton syarat untuk sebuah film bisa bertahan hingga minggu kedua. Kita memang tak boleh menyalahkan pihak bioskop sebab, ini adalah hukum bisnis, siapa yang laku dia yang bertahan, jika produk kita laku tentu bioskop akan mempertahankannya. Bahkan dengan bertahan hingga dua minggu inipun sebenarnya sudah bagus, bahkan ada film yang baru satu hari tayang sudah dicopot, ya itu jika penontonnya dibawah standar. Karena itu sebagai sineas kita harus pandai pandai membuat film yang bukan hanya bagus tetapi bisa menarik orang datang ke bioskop. Kita tak bisa menyalahkan pihak bioskop sebab mereka juga punya karyawan dan uang operasional dalam menjalankan bioskopnya, keberadaan kita sebagai sineas adalah bersinergi dengan mereka dalam memasarkan karya karya kita.

Sebagai catatan, beberapa film Indonesia sebelumnya seperti Youtubers dan Toba Dreams berhasil mendapatkan penonton yang tinggi justru di Minggu ke dua dikarenakan jadwal tayang di bioskop Jakarta semuanya masih dalam keadaan full layar alias belum diturunkan. Epen Cupen The Movie mengalami penurunan penonton sekitar 10 persen di minggu kedua jelas karena sebagian besar layarnya di Jakarta sudah tak ada lagi. memang betul ternyata bahwa penentu suara penonton ada di Jakarta, ini bukan mitos lagi.

Beberapa daerah diluar Jawa masih full jam tayangnya dikarenakan memang lonjakan penonton masih tinggi dan masih diangka 600 sampai 400 penonton perbioskopnya dalam satu hari.

daerah daerah itu adalah :Balikpapan, Batam,Jayapura,Mantos Manado,Paladium Medan, SCP Samarinda, dan MTos serta Panakukang Makassar. Sementara daerah lainnya juga masih bertahan meskipun hanya 3 atau dua kali pemutaran.

Yang mengejutkan adalah di minggu kedua inilah Epen Cupen justru menjadi Box Office mingguan mengalahkan perolehan mingguan semua film Indonesia yang diputar di minggu itu juga. Hal ini tentu saja aneh sebab jam pemutaran maupun layar Epen Cupen sudah dikurangi habis habisan sebenarnya namun dengan sisa sisa layar yang sedikit itu ia mampu mengungguli film film yang baru tayang dengan full layar. Ibarat kata suara penonton sebagian besar mengandalkan suara dari timur juga.
dan total jumlah penonton yang dijumlahkan di minggu kedua ini adalah :


di minggu kedua ini, banyak film Indonesia sudah tak mampu bertahan dari gempuran film film asing seperti di Jayapura ini

Seandainya saja diminggu kedua layar di Jakarta tidak diturunkan dulu mungkin perolehan penontonnya akan lebih tinggi dari yang ada. Di minggu kedua ini praktis hanya mengandalkan penonton diluar Jakarta saja Namun meskipun begitu perolehannya masih tetap diatas angka 50 ribu penonton juga. Kekuatan penonton daerah rupanya masih tinggi. Total diminggu kedua Epen Cupen The Movie berhasil mengumpulkan 112.073 penonton hanya dari 21 saja

Berita pendukung :
http://www.ulasanpilem.com/2015/05/bioskop-indonesia-2015-5-18-5-24.html

MINGGU KE 3

Memasuki Minggu Ke tiga seluruh layar yang ada di Jakarta mulai di copot semua yang tersisa hanya Citra XXI namun itupun hanya sampai hari kamis, setelah kamis tak ada lagi film epen cupen yang main di wilayah Jakarta. Minggu ini disebut sebagai minggu lesu bagi film Nasional sebab tak ada satupun film Nasional yang penontonnya bagus. Namun kembali berita mengejutkan terjadi karena Film epen cupen the movie kembali mengungguli semua film lainnya di minggu ketiga ini meskipun tanpa main disatu layarpun di Jakarta. Hanya dengan bermain di beberapa daerah saja, rupanya epen cupen mencoba berasing dengan film film yang masih penuh layarnya di Jakarta, dan hasilnya kembali penonton yang dihasilkan juga masih cukup tinggi dibandingkan film film yang baru saja tayang di minggu minggu lesu tersebut. di Minggu minggu itu rata rata film indonesia hanya mampu mencapai angka total 10 ribuan penonton saja per filmnya.
beberapa daerah yang masih memutar film ini di minggu ketiga adalah :
dan total perolehan penonton hingga minggu ketiga adalah :
Salah seorang saudara saya yang ada di Makassar sempat memotret suasana dalam bioskop di minggu ketiga itu masih seperti ini :


Berita pendukung :
http://www.ulasanpilem.com/2015/06/bioskop-indonesia-epen-cupen.html

MINGGU KE 4

Akhirnya hingga di minggu ke empat atau tepat satu bulan lebih film Epen Cupen bisa bertahan di bioskop bioskop Nasional meskipun bukan di bioskop Jakarta.

Di panakukang Makassar dan Jayapura, sempat menjadi satu satunya film Indonesia disana ketika film super blockbuster mulai menyerbu bioskop Nasional

Dari grafik film Indonesia terlaris hingga bulan Juni, epen cupen the movie masih bisa masuk dijajarannya meskipun tak berada di perolehan 10 besar. karena berada diperingkat ke 11.



Inilah sebuah analisa data bahwa potensi penonton daerah juga selama ini tak boleh diabaikan.

dari hasil 1 bulan lebih bertahan tersebut Total perolehan penonton Epen Cupen mencapai 131.000 lebih penonton, belum lagi dengan pemasukan dari bioskop non 21. Hasil yang harus kita syukuri.

Semenjak itu, film film yang tayang kemudian belum bisa mencapai angka tersebut lagi sampai dibulan Juli barulah bisa di lampau angkanya oleh film film Lebaran.

Jika ada yang bertanya apakah dengan angka tersebut Epen Cupen the movie bisa dikatakan berhasil dan kembali modal serta untung ? saya bilang iya...sebab Epen Cupen the Movie juga telah dibeli oleh stasiun TV dalam dan luar negeri sehingga praktis angka dari bioskop dan penjualan lainnya telah memberikan keuntungan bagi pemodalnya. Film film dari Timur memang menjadi sesuatu yang unik bagi orang luar.

Fenomena unik yang patut menjadi bahan kajian dari analisa data ini adalah bahwa di daerah daerah memang selama ini bioskop cenderung sepi, ramainya bioskop selama ini adalah didaerah daerah potensial seperti di Jawa, Namun terkadang film film dari timur bisa memberikan lonjakan tak terduga meskipun terbatas penontonnya karena jumlah bioskop didaerah yang sedikit. Lihatlah film pemenang FFI tahun lalu Cahaya dari timur juga hanya mampu meraih total 129.166 penonton sekalipun main di bulan bulan saat ekonomi masih stabil, memang nasib film film dari timur biasanya hanya berkisar diangka angka seperti itu karena sebagian besar memang raihan tiketnya dibantu oleh penonton dari timur yang notabene sedikit sekali layarnya (cek ditabel bawah).



Film Epen Cupen The Movie berhasil menyedot potensi penonton di luar Jawa tersebut yang selama ini biasanya malas ke bioskop. Sehingga kita bukan lagi melihat pasar hanya terpusat di Jawa saja melainkan daerah juga bisa menjadi penyokong pasar bagi film Indonesia. Semoga potensi besar dari daerah ini tidak lagi di abaikan dimasa masa mendatang.

Saya hanya berangan angan seandainya saja disemua kota Kabupaten di Papua sana ada bioskopnya, mungkin box office penonton untuk film film dari timur ini bisa tercapai hanya dengan mengandalkan penonton dari Papua saja, sayang sekali bioskop hanya ada 1 buah di Papua yang luas begitu wilayahnya yaitu di Jayapura saja. Sekalipun bioskop di Jayapura itu penuh full dalam satu bulan pun tak akan ada artinya melawan ratusan bioskop di Indonesia bagian Barat.



Jakarta 15 Juli 2015
irham acho



.


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Kakatua Kaskus | www.kakatua.web.id | Bloggerized by Irham Acho Bahtiar --- Izakod Bekai Izakod Kai | Satu Hati Satu Tujuan