Tulisan ini saya buat secara sangat jujur dengan sedikit membuka rahasia yang selama ini kami
simpan dibalik pembuatan film Melody Kota Rusa tahun 2009, sebuah film Lokal
bukan Nasional, film kecil, sederhana, tidak spesial, tidak punya kemampuan
tekhnis yang sempurna, biasa saja, namun mengapa selalu saya sebut berkali kali
dalam setiap tulisan saya dan mengapa saya selalu menangis ketika
menyaksikannya. Kini telah menjadi karya legendaris dari Kota Merauke yang abadi.
- IDE NYA DARI BAHAN YANG DI TERTAWAKAN
Ide Film ini muncul sebenarnya baru pada tahun
2008 ketika akan dibuat, tetapi bahannya diambil dari memori masa lalu saya
ketika kecil di kampung Muting. Mengapa justru ide ini akhirnya yang di pilih ?
Sebab saya selalu teringat ketika saya bercerita kepada teman teman di Jakarta
sewaktu kuliah dulu, bahwa di kampung saya di Muting dahulu di masa saya kecil,
ada sebuah grup band dikampung itu yang drumnya terbuat dari kulit rusa. Kalau
drumnya dipukul bunyinya “tuk tuk tuk” bukan berbunyi seperti drum
sesungguhnya. Kisah itu kemudian menjadi bahan tertawaan semua teman saya
seperti juga dikejadian aslinya, Ya tidak salah mereka tertawa sebab dahulu
semua masyarakat Muting juga tertawa melihat drum itu. Yang lebih menjadi tertawaan
teman teman adalah ketika saya lebih detail lagi bercerita tentang kegiatan
grup band tersebut yakni : Mereka kalau siang latihan band namun kalau malam
berburu rusa dan mencari kulit buaya. Lalu tanya teman teman : untuk apa ? saya
jawab : Ya untuk cari uanglah supaya ada ongkos ke kota buat bikin album.
Endingnya mereka kembali tertawa sepuas puasnya. Bagi mereka baru kali ini
dengar ada band yang seperti itu, biasanya anak band dikota kalau malam ya pergi nongkrong di Cafe
atau dugem ini malah ke hutan dan rawa. Saya menganggap itu sebuah Satir yang
mentertawakan keadaan kita sendiri. Bukankah semua orang memang harus berjuang
untuk hidup ? untuk cita citanya ? mereka tertawa mungkin bukan karena meledek.
Tapi karena ini sesuatu yang unik dan belum pernah di dengar seumur hidupnya.
Maka itulah yang membuat saya kemudian bertekad mengangkat kisah ini sebagai
sebuah bentuk refleksi perjuangan hidup dengan gaya komedi satir agar yang
mentertawakan akan tidak sadar jika mereka sudah mentertawakan kehidupan mereka
sendiri dengan begitu unsur nasehatnya tidak akan vulgar sebab dibungkus dalam
sebuah hiburan.
- SKENARIONYA DI TULIS SAYA DITEMANI OLEH DODI MAHUZE
Ketika mulai menuliskan skenarionya, saya ditemani
oleh Dodi Mahuze (salah satu pemain utama) yang terus setia mendampingi saya
setiap malam hingga subuh menjelang. Ia sendiri memang tidak bisa menulis Lalu apa peran Dodi berada disitu ? sebenarnya
tidak secara langsung terlihat, tetapi yang pasti dengan adanya Dodi disamping
saya selalu membuat ide ide fresh mengalir bagaikan air. Di kala saya sedang
menulis, tak jarang dodi menyeletuk sendiri dan menceritakan beberapa cerita
mop untuk menghibur saya, uniknya cerita cerita mop itu seakan sinkron dengan
adegan yang sedang saya tulis sehingga jadilah skenario yang saya tulis tiba
tiba langsung memasukkan unsur mop yang baru saja diceritakan tadi. Praktis
begitu banyak adegan dalam film yang intisarinya di ambil juga dari cerita
cerita mop yang pada saat itu di tuturkan oleh dodi ketika menghibur saya di
tengah malam buta tersebut. Contohnya adegan makan kacang,setrika baju dll. Jadi fungsinya memancing imajinasi saya melihat tingkahnya.
Terkadang kami berdua langsung memperagakan adegan
adegan yang sedang ditulis beserta dialog dialognya. Jika ada yang dirasa
kurang lucu atau kurang pas dari rekonstruksi adegan itu maka saya akan segera
langsung merubahnya mengikuti hasil dari praktek yang dilakukan dodi. Kejadian
tersebut berlangsung selama kurang lebih 2 minggu.
Sebagian besar karakter dan adegan yang dibuat di
film itu adalah hasil pengamatan saya dari cara hidup, berbicara hingga gerak
para pemainnya semua, jadi kisah ini dituliskan setelah kami mendapatkan
seluruh castingnya terlebih dahulu, bukan dengan mengarang sebuah karakter
secara menghayal saja. Itulah makanya pada saatnya, mereka bermain sebagai diri
mereka masing masing, sebab karakternya diambil berdasarkan gestur mereka sendiri sehari hari.
- MENGABADIKAN TETE FRANS WAMUGU MAHUZE
Salah satu alasan kesekian yang mendorong film ini
dibuat juga adalah karena saya ingin mengabadikan Tete Frans Wamugu Mahuze
seorang budayawan Merauke yang menjadi sisa orang tua yang memegang sejarah
Marind kedalam sebuah film. Entah kenapa saya sering ketakutan jika tidak
segera mengabadikan pemikiran beliau sebab beliau pada saat itu sudah sering
sakit sakitan dan usianya sudah tua. Beliau adalah salah satu pendorong kami
dalam berkarya di Muting. Saya masih ingat bagaimana beliau berpidato didepan
masyaraka muting ketika pertama kalinya saya kembali dari kuliah di Jakarta dan
mengaplikasikan ilmu saya dengan merekam adegan Yosim. Saat itu tete Frans
menghimbau kepada semua masyarakat untuk mendukung kegiatan kami dan jangan
menganggap ini adalah sebuah proyek untuk mencari uang sebab kami datang untuk
bertujuan membangun kampung kami. Sejak saat itulah maka dukungan dari semua
masyarakat di kampung kami selalu mengalir ketika kami membuat film disana.
Beberapa sejarah Marind yang tidak diketahui banyak orang dimasa kini juga
sempat di ceritakan ke saya oleh tete bahkan beliau membawakan dokumen
dokumennya memperlihatkannya ke saya.
Dalam film Melody Kota Rusa, tete Frans
mengucapkan dialog diluar naskah. Ia tak mau mengikuti skenario yang sudah kami
buat. Ketika kami mulai merekam maka ia mulai mengeluarkan banyak kata kata
bijak sebagai nasehat, kami merekamnya tanpa putus. Alhasil satu adegan Tete
Frans memakan satu kaset mini DV khusus untuk satu rekaman dialognya saja. Dari
hasil rekaman itulah lalu kami pilah pilah di editing kata katanya. Maka
terpilihlah kata kata beliau yang sempat menyebutkan kata : Bhinneka Tunggal
Ika. Anehnya kata kata itu sebenarnya tidak pernah kami tulis di dalam
skenario. Sewaktu mengarahkan beliau kami hanya meminta beliau untuk
menjelaskan arti dari slogan kota Merauke Izakod bekai izakod Kai atau satu
hati satu tujuan dan ternyata memang slogan itu mempunyai kandungan yang serupa
dengan Bhinneka Tunggal Ika.
Tete juga memainkan lagu yang dipilihnya sendiri
dengan biola buatannya dari kayu dan nilon pancing, tete tidak mau memainkan
lagu yang di request oleh kami. Memang tete Frans adalah orang yang sangat
idealis, seorang seniman sejati yang sulit dicari gantinya di masa kini.
5 bulan setelah film ini di tayangkan ke publik di
Merauke, Tete Frans meninggal dunia di Muting. Begitu sedihnya saya
mendengarnya. Namun sebelum meninggal beliau sempat berkata kepada saya bahwa
beliau sangat senang sebagian pemikirannya telah diabadikan kedalam sebuah
karya. Beliau juga sempat meminta beberapa lembar kertas HVS dan bolpen ke saya
dengan tujuan ingin menuliskan sebuah sejarah yang akan dititipkan kepada saya
agar tidak hilang namun hingga menjelang akhir hayatnya beliau tak sempat
menyelesaikan itu dan menyerahkannya ke saya. Ketika beliau meninggal pun saya
ketika itu sedang berada di Jakata dalam rangka mencetak DVD film ini.
- GRUP BAND MEZMANDELO
Jika yang sudah pernah menonton film Melody Kota
Rusa pasti tak asing dengan kelompok Grup Walef yang penuh perjuangan harus
mencari kulit buaya dan berburu rusa selain kegiatan mereka bermain band. Nah
grup ini sebenarnya terinspirasi dari sebuah grup yang memang benar benar ada
di kampung Muting. Namanya Grup Mezmandelo. Dahulu mereka top sekali dikampung
Muting di tahun 80-90 an. Saat itu saya masih duduk dibangku SD-SMP. Kami
selalu menunggu penampilan mereka di panggung 17 agustus yang sering diadakan
setiap tahunnya. Kala itu drum yang digunakan grup band ini hanya terbuat dari
kulit rusa. Namun uniknya mereka membentuknya seperti penampilan drum betulan. Grup
band ini termasuk band yang paling eksis di kampung kami dan di sukai hingga
kini. Namun ironisnya hingga saat inipun mereka masih bermimpi ingin mempunyai
album rekaman dan belum terwujud. Hingga semua personelnya kini sudah tua
semua, bahkan satu persatu sudah ada yang meningal dunia, rekaman hanya tinggal
mimpi namun semangat mereka tetap tak pernah pupus. Di tahun 2000 an mereka juga mendapatkan
bantuan peralatan dari Bupati Merauke kisah ini semua hampir semuanya mirip
dengan yang dituturkan dalam film melody Kota Rusa yang juga mendapatkan
bantuan peralatan dari Bupati. Semangat Grup Mezmandelo yang tak pernah pudar
hingga di masa tuanya inilah yang kemudian menginspirasi cerita ini ditulis
dengan mengadirkan karakter karakter fiksi Walef Band. Kelak di film Melody
Kota Rusa 2 akhirnya kami berhasil membeli hak cipta 2 buah lagu karya asli
band Mezmandelo yang kemudian dibawakan oleh Grup Walef di filmnya. Lagu itu
adalah : Tanjung Muting dan Tagobalo Kifit, dua lagu yang berbahasa Marind. Akhirnya
tercapai juga lagunya masuk rekaman meskipun bukan orangnya.
- BANYAK ADEGAN REKONSTRUKSI ULANG
Seperti sebelumnya saya katakan bahwa sebagian
naskah film ini dibuat berdasarkan rekam jejak kejadian masa kecil kami di
Muting, salah satunya terlihat dalam adegan panggung 17 agustus, kala itu band
mezmandelo tampil, drum mereka terbuat dari kulit rusa, hal itulah tak jarang
kerap menjadi candaan kami semua anak anak kecil. Kami kadang mengetuk ngetuk
drum tersebut sekedar ingin mendengar bunyi suaranya yang aneh hingga kami di
marahi oleh personel mereka sekan akan drum tersebut adalah drum mahal yang tak
boleh di sentuh, makanya keluarlah celetukan seorang teman kecil saya : ah
macam dorang pu drum su bagus saja, drum kulit rusa saja mo...Memori lucu seperti
itulah yang banyak di rekonstruksikan ulang persis mengikuti kejadian aslinya
dalam film Melody Kota Rusa. Banyak adegan yang jika anda melihatnya mungkin
akan 11-12 dengan kejadian nyatanya di masa lalu. Contoh adegan lain adalah
adegan dodi membeli Mandom (tisu pewangi) di kios. Adegan itu direka ulang
persis dengan kejadian yang pernah terjadi di masa kecil saya.
Adegan suasana panggung 17 agustus juga harus
didekorasi ulang sedemikian rupa menyerupai masa lalu. Sebab dimasa kini tak
ada lagi pasar malam yang sering diadakan dilapangan ketika agustusan. Dulu
satu satunya hiburan sekali dalam setahun untuk warga muting ya melalui
panggung itu. Karena itulah semua tim berupaya membangun kembali mulai dari
panggung, kios kios di pasar malamnya guna menghadirkan kembali suasana ditahun
80-90 an ketika kejadian itu berlangung.
Yang paling lucu ketika kami merekonstruksi adegan
Disko Bongkar. Saat itu suasana diskonya masih mirip dengan masa lalu hanya
saja yang berubah kini adalah lagu yang mengiringi disko tersebut. Ketika
syuting, kami mengunakan musik disko tahun 80 an. Hasilnya ketika adegan itu
dibuat tidak ada yang masuk ke arena pesta untuk bergoyang. Ya tentu saja sebab
generasi remaja sekarang sudah tidak mengenal musik tersebut. Yang mereka kenal
masa kini adalah musik musik house atau reggae ala Papua yang bisa membuat
bergoyang. Akhirnya kami terpaksa mengalah dengan cara memutarkan lagu kesukaan
mereka untuk bergoyang lalu kemudian di editing kami ganti musiknya dengan
musik tahun 80 an sesuai dnegan konsep cerita. Perlu diketahui bahwa adegan
disko bongkar dibuat dengan menggunakan partisipan asli bukan direkayasa. Saat
itu kebetulan ada paman kami yang sedang mengadakan pesta pernikahan di Muting
jadi sekalian kami gunakan acara tersebut untuk pengambilan gambar film.
Masih banyak lagi adegan rekonstruksi ulang gaya
dari masa lalu kami di Muting. Sebagian besar isi film tersebut sebenarnya
merupakan rekonstruksi bukan mengarang.
- NAMA MAS SUROSO DIAMBIL DARI NAMA PENJUAL AYAM
Jauh sebelum skenario film ini di tulis, ada
sebuah kejadian di pagi hari yang membuat saya tak bisa melupakannya. Ketika
itu saya sedang berbicara dengan dodi didepan rumah, lalu tiba tiba orang dalam
rumah ribut sekali mempermasalahkan tentang persiapan mau lebaran beberapa hari
lagi. Mereka lalu menyebut nyebut kalau mau beli ayam buat dipotong tolong
singgah ke rumahnya Mas Suroso. Dodi yang saat itu sedang berbicara dengan saya
tiba tiba berbisik ke saya : efe bagia mas suroso aaa.... sejak itulah nama mas
suroso seakan tak bisa lepas dari kepala saya sehingga ketika membuatkan
karakter seorang Jawa di film yang menjadi rival dodi maka saya pun memilih
nama mas suroso yang paling tepat karena dianggap sudah familiar bagi Dodi.
Mengapa harus ada karakter orang Jawa dalam film
ini ? Sebab ini sesuai kenyataan yang terjadi di wilayah Selatan Papua yang
multi kultur ini. Menurut survey statistik penduduk pendatang yang terbesar di
wilayah ini adalah orang Jawa, bahkan foto foto sejarah Merauke ratusan tahun
lalu juga sudah menunjukkan adanya orang Jawa di tengah orang Marind. Geografi
kampung Muting sendiri banyak dikelilingi oleh lokasi lokasi transmigrasi yang
dihuni oleh orang orang Jawa yang disebut orang lokasi. Karena itulah tokoh
Jawa saya rasa harus di hadirkan mengikuti kenyataan meskipun tokoh tersebut
bukan mewakili saya maupun keluarga saya sebab keluarga saya sendiri bukanlah
orang Jawa. Sesuai kenyataan juga ternyata Edi Hariyanto pemeran Mas Suroso
memang dikehidupan aslinya lebih banyak berteman dengan anak anak asli Marind
dibandingkan orang sedaerahnya.
- SYUTING SERING TERHAMBAT KARENA DODI
Dibalik kemampuannya menghibur orang banyak, Dodi
mempunyai fisik dan mental yang sangat lemah. Ia tidak bisa dipaksa atau di
forsir melebihi kapasitasnya. Karena itulah syuting lebih dibawa santai. Namun
ada kalanya ketika disuatu ketika kami harus melakukan syuting cepat misalnya
ketika adegan yang melibatkan dua wanita pegawai Bank Papua kala itu yang hanya
diberi waktu syuting sabtu minggu saja. Alhasil dodi pun mulai dipaksa cepat
sehingga membuat dodi terkadang marah dan ngambek tak mau meneruskan syuting
jika moodnya sudah rusak. Jika dodi sudah ngambek maka tak ada satupun orang
yang bisa memaksanya, syuting terpaksa di batalkan meski kami sudah berjalan
amat jauh keluar kota. Minggu depannya lagi barulah bisa dilanjutkan kembali
setelah mood dodi kembali normal. Ada sebuah kisah ketika dodi sednag melakukan
dengan Yosim, kala itu kami sudah mengumpulkan semua penduduk muting untuk
melakukan Yosim. Adegan itu diambil hingga larut malam dan dodi sempat salah
dialog terus sehingga ada seorang kru yang berteriak : dodi cepat sudah biar
kita bisa pulang ini, karena diteriaki begitu maka mood dodi pun rusak dan
berhentilah syuting. Saat itu yang tersisa sebenarnya hanya Close up dodi dan
seorang cewek yang berdoialog pada saat yosim. Karena syuting tertap tak bisa
dilanjut maka adegan itupun di pecah dengan diakali di ambil di tempat lain 3
hari sesudahnya. Untung saja adegan itu tetap terlihat mengalir dan tak ada
yang menyangka jika diambil dalam 2 lokasi berbeda.
Mengenai pengambilan gambar yang diambil dengan
banyak lokasi berbeda, bukan hanya itu saja. Ketika adegan dodi dan yosep
dikejar SPOK (hantu) adegan itu terpaksa kami ambil dalam 5 lokasi berbeda. Hal
ini dikarenakan dodi yang cedera bahunya ketika melakukan adegan lompat
menangkap rusa. Sejak itu dodi kesulitan berlari. Kami pun mengakalinya dengan
mengambil adegan lari dodi di cicil kapan saja ketika dia lagi sedang mood dan
sedang kuat berlari. Maka jadilah adegan itu diambil dengan waktu acak sebanyak
5 lokasi berbeda. Malahan ada satu adegan lari yang diambil cicilannya ketika
kami sedang berwisata setelah syuting telah selesai.
- BANYAK REKAYASA TEKHNIS DALAM GAMBAR
Ini sebenarnya menjadi rahasia kami, dan bisa
mengurangi keasyikan menonton jika ini di beberkan namun karena saya sudah
berjanji akan membongkarnya maka saya katakan bahwa begitu banyak rekayasa
tekhnis atau manipulasi gambar didalam film yang terlihat seakan semuanya
natural ini.
Memang tidak perlu semua saya contohkan supaya tetap
terjaga imajinasinya. Namun sedikit contoh saja adalah adegan pemandangan indah
yang terkadang muncul adalah hasil perpaduan beberapa gambar yang di ramu jadi
satu sehingga menjadi sangat indah.
Ada kisah lucu ketika kami membuat film Melody
Kota Rusa 2 ditempat yang sama, ada seorang kru sound yang waktu itu baru
bergabung dengan kami mengaku kecewa melihat pemandangan aslinya sebab ia
mengaku ingin sekali ke Muting sebenarnya gara gara menonton Melody Kota Rusa
pertama yang pemandangannya indah dengan banyak rusa di alamnya. Namun ternyata
yang di lihatnya sangat berbeda dengan di film itu. Karena itulah ia mengagumi
tekhnik kami memanipulasi gambar sehingga menjadikan daya tarik orang yang
menontonnya. Jadi dalam hal ini bukan kisahnya yang direkayasa tetapi gambarnya
yang direkayasa supaya menjadi lebih indah sebagai sebuah tontonan. Itulah
makanya mengapa sampai ada penampakan binatang binatang indah khas Papua secara
dekat dengan manusia seperti kasuari atau burung mambruk padahal dalam
kenyataannya binatang itu sangat liar dan susah dikendalikan.
Ada kisah baru baru ini tim dari TV One ingin
sekali ke Muting saya tanya ke mereka : kenapa pingin ke muting ? Mereka bilang
karena mau meliput keindahan pemandangannya seperti di film MKR. Maka saya
jawab : tidak usah mas, karena sebenarnya tidak seindah seperti itu aslinya.
Saya hanya berupaya jujur dikenyataan.
- ENDING CERITANYA JADI KONTROVERSI
Ini terjadi ketika di masa masa film ini jadi
perbincangan di radio radio maupun media di Merauke. Hampir setiap hari saya
selalu mendengar orang mempermasalahkan ending kisah ini. Bahkan yang paling
ekstrim adalah ada oarang yang sampai marah sekali dia tidak terima jika band
walef itu harus gagal. Mereka ingin melihat walef band harus berhasil. Saya
menanggapinya dengan senang saja sebab itu pertanda bahwa film ini telah mampu
mengaduk emosi mereka sehingga menganggap bahwa walef band itu benar benar ada
dan bukan sekedar film. Bahkan bapak wakil bupati pun yang waktu itu kami
undang menonton juga sempat mengomentari endingnya yang menurutnya kenapa harus
menggantung dan tidak diselesaikan. Saya rasa mungkin inilah akibat pengaruh
sinetron masa kini yang selalu berakhir dengan ending bahagia. Penonton kita
masih belum bisa menerima ending ending kegagalan apalagi ketika tokoh utamanya
sudah mereka idolai. Saya hanya mengambil hikmahnya saja bahwa mungkin
begitulah kenyataannya dimasa sekarang, lebih banyak orang yang menganggap
kesuksesan itu ukurannya adalah ambisi untuk populer atau menang, jarang sekali
yang bisa menerima bahwa kesuksesan itu adalah ketika kita bisa berkumpul
kembali bersama sama daripada harus populer atau menang tapi harus terpecah
belah persahabatannya.
Protes ini terus berlangung dalam waktu lama
sehingga ketika Melody Kota Rusa 2 dibuat, keinginan fans ini di akomodir dengan cara membuat
ending yang bahagia untuk walef band.
- SEMUA KRU DAN PEMAIN BUTA SINEMATOGRAFI
Semua pemain dan kru yang mengerjakan film ini
adalah orang orang biasa, anak anak Merauke yang selama ini sangat buta dengan
film. Sedikitpun mereka tak punya dasar pengetahuan tentang film. Hanya saya
satu satunya anak Muting yang kemudian bersedia membagi ilmu saya ke mereka.
Pembuatan film pun menjadi timpang sebelah, semuanya hanya seperti menurut saja
tak bisa diandalkan berdiri sendiri dibidangnya. Wajar saat itu sebab inilah
pertama kalinya sebuah film panjang yang akan diputar secara komersial, dibuat
di kota Merauke tanpa bantuan kru luar. Banyak sekali kendala akibat kejadian
ini, misalnya saja mereka akan sulit mengerti ketika sedang diarahkan. Pemain
pun begitu mereka tak punya gambaran akan seperti apa hasilnya nanti, mengapa
disuruh begini mengapa begitu mereka bingung sekali meskipun sudah membaca
skenario. Yang paling terasa dari hasil
kerja seperti ini adalah di audionya, mengapa audionya menjadi tidak rata dan
timbul tenggelam suaranya ? sebab posisi boom mic yang dipegang kru nya
ditempatkan sesukanya kadang didepan wajah pemain kadang juga menghadap
kebelakang kepalanya. Saya sendiri menjadi sangat kewalahan dan tak mungkin
bisa mengontrol ini satu persatu sehingga wajarlah ketika ada adegan yang
screen directionnya pun terbalik. Ketika editing saya sudah menyadari itu dan
melihatnya namun sengaja tetap saya pasang shot yang salah itu sebab tidak
terlalu mengganggu jalan cerita dan adegannya, sekaligus sebagai bukti bahwa
ada keterlibatan kru kru yang buta sinematografi dalam film ini.
- DODI TERBAWA KARAKTERNYA DI FILM HINGGA KEDUNIA NYATA
Ini merupakan hal yang langka sekali di dunia
perfilman manapun. Bagaimana mungkin seseorang yang karakternya sebelumnya beda
tiba tiba menjadi berubah gara gara dia keasyikan mendalami perannya dalam
sebuah film ?
Itulah yang kemudian terjadi pada dodi hingga hari
ini. Dodi dulunya adalah orang yang pekerja keras ia juga jarang minum mabuk,
kesukaannya malah minum coca cola atau sprite saja. Ceritanya berubah sejak ia
menjadi sangat menyatu dengan karakter di film ini, di dalam film kami menciptakan karakter dodi seorang
pemabuk berat yang suka mengganggu orang. Ini adalah satu satunya sifat yang
bertentangan dnegan karakter aslinya. Sifat mabuk yang di buat kedalam cerita
itu adalah hasil permintaaan dodi sendiri yang sering memperagakan akting orang
yang sedang mabuk alias berpura pura saja. Ternyata hanya itu satu satunya
akting dodi yang paling terlhat natural. Makanya di dalam pembuatan filmnya,
dodi hanya diberi minuman pura pura yang terbuat dari sirup leci menyerupai air
minuman sagero. Namun dodi sangat meyakinkan berakting seolah olah itu adalah
sagero betulan.
Setelah film ini kemudian sukses dan menjadikan
banyak fans yang suka dengan dodi maka mulailah petaka bagi dodi. Banyak
penggemarnya yang mengira dodi itu memang sifatnya persis seperti di film.
Itulah akibat mereka menyangka film ini benar benar nyata. Hasilnya dodi sering
sekali dijemput dengan mobil oleh para fansnya dan dipulangkan dini hari dalam
keadaan mabuk berat. Suatu ketika bahkan anak anak menemukan dodi sedang
merayap tengah malam didepan rumah karena mabuk berat. Lama kelamaan dodi
akhirnya menganggap bahwa dirinya memang dodi yang ada di film bukan dodi di
kenyataan lagi. Pengaruh film terhadap fansnya membuat dodi ikut kebagian
dampaknya. Saya menyaksikan sendiri juga didepan mata saya beberapa fansnya
mendatanginya sambil membawa botol minuman berisi sagero betulan. Meski saya
larang dodi hanya mengelak : Ah sedikit saja....
Bahkan ketika kami melakukan pawai keliling kota
saat karnaval agustus di kota Merauke, dodi diam diam menenggak sagero betulan
begitu banyak sebelum melakukan pawai itu alhasil dia pun terkapar tak bangun
bangun selama keliling kota. Baru ketika akan melewati para pejabat dikantor
bupati dodi disadarkan dan kemudian harus dipapah setengah diseret oleh teman
temannya karena masih fly berat melewati depan para pejabat dan bupati yang
menonton, banyak yang tak tahu saat itu dodi sedang mabuk berat dikiranya dia
sedang akting. Rupanya dodi meniru karakter yang dimainkannya didalam film.
Saat ini dodi telah banyak berubah sifatnya entahlah apakah karena film atau
karena apa. Yang pasti memang butuh mental yang kuat untuk memerankan sebuah
karakter negatif di film, jika tidak kuat bisa berakhir seperti itu. Saya hanya
bersyukur dodi tidak diberikan peran seorang pembunuh atau pemerkosa, karena
apa jadinya jika itu terjadi ?
- BEBERAPA DIALOG KHAS DODI DIANGGAP SALAH
Setelah lama film ini beredar, saya sempat
mendengar ada beberapa protes terhadap dialog khas yang diucapkan dodi seperti
: Bagia ! atau Peleee !
Ini menjadi mencuat ketika dialog dodi menjadi
fenomenal dan sering ditirukan orang bahkan orang diluar Papua. Bahkan banyak
sekali celetukan dodi atau dialog dialog unik di film yang diambil oleh para
rapper di Papua untuk dijadikan bahan remix lagunya.
Namun saya sendiri menganggap ini terjadi semenjak
kepergian Tete Frans, dulu semasa beliau masih hidup tak akan ada orang yang
berani protes sebab tete dianggap orang paling tua yang mengerti. Jadi jika
tete saja tidak menyalahkan kenapa harus ada yang berani menyalahkan ? memang
semenjak tete Frans tiada kami seakan kehilangan tameng yang selalu melindungi
kami dari sisi Seniman sebab tete adalah seorang seniman sejati.
Tentu saja hal tersebut bukan hal yang serius,
sebab jika kita bergaul dikota Merauke, logat logat kayak begini tidak asing
lagi di telinga semua orang. Hampir semua anak merauke selalu menggunakan
istilah istilah ini. Dalam film pun istilah itu keluar secara spontan dari
dodi. Hal ini menjadi serius apabila di kaitkan dengan pengertian aslinya,
memang gaya celetukan khas merauke itu bisa seperti kata “Cukimai” yang juga
dianggap umum dan sering diucapkan di Merauke. Film Melody Kota rusa memang
memotret semua apa adanya. Jika celetukan itu dihilangkan maka hilanglah pula
ciri khas orang Merauke dalam berbicara di sesama anak mudanya. Bagi anak anak
disana kata Bagia dan Pelee tak pernah diartikan negatif. Namun para orang tua
menganggap itu seperti memaki ibu kita sendiri. Tapi sulit memang dilepaskan
dari gaya dialeg orang sana silahkan dilihat sendiri dalam setiap dialog anak
Merauke pasti ada kata “pele” keluar dimana saja. Kata “Pele” itu semacam
mewakili kata takjub seperti “Busyed” atau “Anjrriiit” . Bahkan di film film
barat itu kata makian “Fuck” menjadi hal biasa. memang kalau diartikan bisa
berarti negatif tapi karena sudah menjadi ciri khas maka film hanya mencoba
memotretnya secara jujur. Bukan untuk harus ditiru tetapi dipilah mana yang
baik dan mana yang buruk dibuang. Kalau semua film harus memperlihatkan yang
baik saja maka film itu bisa dikatakan munafik karena menyembunyikan sesuatu
yang faktual.
Sekali lagi film tugasnya memotret keadaan secara
jujur penonton yang harus menyaringnya jangan ditelan mentah mentah.
- DI TOLAK BUPATI BERKALI KALI
Sebelum membuat film ini, kami beberapa tim inti
penggagas film ini sebenarnya pernah mencoba ingin bertemu Bapak Bupati Merauke
yang menjabat saat itu berkali kali. Namun hingga akhirnya sampai filmnya
dibuat dan ditayangkan kami tidak pernah bertemu beliau. Pernah suatu ketika
kami antri didepan ruangan Pak Bupati dari mulai jam 8 pagi sampai jam 6 sore
namun ketika tinggal selangkah lagi kami masuk keruangan beliau tiba tiba
pengawal beliau bertanya ke kami : dari mana ? kami jawab dari tim pembuat
film, lalu ditanya lagi : dari merauke atau jakarta ? kami jawab dari merauke,
lalu jawab pengawalnya : oh kirain dari TVRI Jakarta. Maka kami pun di tolak
masuk dengan alasan lain kali saja bapak lagi pusing. Entahlah mungkin karena
kami dianggap tidak profesional dan kelas lokal, Sepertinya mereka hanya ingin
menerima pembuat film profesional dari Jakarta saja. Kami sempat sakit hati sekali
waktu itu, bayangkan mengantri tidak makan minum dari jam 8 pagi sampai magrib
lalu sudah tinggal selangkah masuk ruangan Bupati eh ditolak. Ada kemungkinan pengawal
beliau menyangka kami mau minta bantuan barangkali sebab masa itu yang antri
minta bantuan ke bupati jumlahnya ratusan orang setiap hari. Padahal tujuan
kami waktu itu adalah ingin meminta saran saran pak Bupati tentang kisah film
kami sekaligus menawarkan beliau untuk ikut tampil dalam satu adegannya.
Yah, itu memang kisah pahit yang kami awali di
awal awal perjuangan kami disana. Kini kisah itu sudah berubah, pemerintah
Merauke kini sangat perhatian pada kegiatan kami dan selalu mendukung setiap
langkah kami memajukan perfilman disana.
- TIDAK PERNAH DI RENCANAKAN UNTUK BERSAMBUNG
Ketika film ini dibuat, sama sekali tak pernah
terlintas dalam pikiran saya bahwa akan ada Melody Kota Rusa 2. Bagi saya itu
sudah ending yang terbaik sebagai pilihan bijak mereka, namun keadaan berkata
lain. Saya harus terpaksa melanjutkannya dengan 2 alasan :
Alasan pertama adalah karena begitu banyaknya
desakan fansnya tentang ending cerita yang dirasa kurang memuaskan alias
menggantung. Mereka ingin melihat Walef Band sukses dan mencapai impiannya.
Alasan kedua adalah karena saya termakan dialog
iseng saya sendiri. Tepat ketka masa masa pemutaran filmnya di gedung gedung
merauke. Ada beberapa pemainnya yang iseng bercanda meminta saya membuat Melody
Kota Rusa 2 nantinya lalu saya bercanda, nantilah kita lanjutkan jika Tete
Frans sudah tidak ada, jadi nanti kalian akan ada adegan ke kuburannya. Tak
lama setelah itu ternyata tete Frans meninggal dunia begitu cepat sehingga saya
pun merasa bahwa mungkin memang harus dilanjutkan dalam waktu cepat pula kalau
begitu.
Maka dibuatlah film Melody Kota Rusa 2 pada tahun
2011 yang kali ini berhasil melibatkan bapak Bupati bermain didalamnya. Hari
pertama film ini ditayangkan secara komersil di Merauke, dipenuhi oleh fans
fans berat film ini. Selain kota Merauke, MKR 2 juga telah menyinggahi kota
kota Boven Digoel,Sorong,Salatiga,dan dalam waktu dekat akan ke Jayapura.
Ternyata setelah diwujudkan yang keduanya, masih
ada saja permintaan yang meminta lanjutan yang ketiganya lagi, saya bilang
memangnya ini sinetron ? saya hanya bilang ke pemainnya mungkin kita akan bikin
yang ketiganya kalau kalian sudah tua nanti, jadi cerita tentang anak anak
kalian yang jadi pemain band. Terkadang keinginan fans bisa juga menjadi
kenyataan.
- MEMPERTAHANKAN SEBUTAN MERAUKE SEBAGAI KOTA RUSA
Ketika film ini dibuat, sebenarnya nama sebutan
Merauke sebagai Kota Rusa sudah mulai hilang atau jarang disebut lagi. Memang
julukan itu dulu populer ditahun 80-90 an ketika bintang rusa masih sangat
banyak dan bahkan bisa dilihat di pinggir jalan atau rawa. Namun kini rusa
mulai punah dan lari jauh masuk hutan karena terus diburu secara massiv. Karena
itulah pemerintah berencana akan mengganti nama julukan Merauke dengan
panggilan baru merauke kota Agropolitan sebab dimasa itu pemerintah sedang
mencanangkan merauke sebagai lumbung padi nasional. Nama Kota Rusa sendiri
rencana memang mau dihapuskan sebab pemda ingin mengangkat Kangguru yang
dianggap hewan habitat asli Papua. Rusa dianggap sebagai hewan yang bukan
endemik Merauke. Rusa dibawa oleh orang Belanda kesana. Apa daya ternyata
pengaruh film begitu kuatnya melebihi keinginan pemerintah sehingga sejak
populernya film ini menjadikan semua orang maupun media kembali menyebut
Merauke dengan panggilan Kota Rusa yang pernah populer dimasa lalu.
- FILM NYA DIJADIKAN STANDART MENGENALI MERAUKE
Ini saya dengar dari beberapa penuturan orang yang
datang bertugas ke Merauke. Yang pertama adalah dari seorang pegawai Bank yang
bercerita dulu sewaktu ia mendapat tugas ditempatkan di wilayah Merauke-Muting
semua keluarganya tidak setuju dan khawatir. Mungkin karena selama ini mereka
berpatokan pada media massa yang selalu mengeksploitasi kekacauan di Papua
secara menggeneralisir lewat berita. Namun akhirnya yang membuat orang itu
akhirnya bisa di restui keluarganya ke Merauke adalah ketika mereka menonton
film Melody Kota Rusa. Sejak itulah mereka bilang lho ini kog damai damai saja
buktinya disana, siapa bilang rusuh dan menakutkan ? maka ia pun akhrnya datang
bertugas di Muting.
Kisah kedua adalah dari penuturan bapak bapak
tentara yang baru saja bertugas menggantikan pasukan yang setiap tahun di
tempatkan bergantian di wilayah perbatasan RI-PNG yang selalu kami lewati
setiap dari Merauke ke Muting.
Mereka bercerita bahwa film kami kini dijadikan
sebuah tontonan wajib buat para petugas yang akan berangkat ke ujung Timur
dengan tujuan untuk mengenali wilayah geografis, adat dan kultur masyarakat setempat.
Kita tahu bahwa sering sekali terjadi gesekan antara masyarakat dengan para
petugas lapangan ini akibat mereka tidak mengenali tata cara kehidupan disana.
Karena itulah mereka diharuskan menonton film ini agar bisa beradaptasi dengan
lingkungan dan masyarakat yang nanti akan didatanginya.
Jadi siapapun yang belum pernah ke merauke bisa
menonton film ini dulu sebelum kesana agar tidak salah paham menyangka Merauke
sama dengan wilayah Papua lainnya.
- PERUSAHAAN AIR MINERAL AQLAA MELESAT MAJU
Ini sebenarnya terlalu komersil informasinya namun
fakta ini dirasa mempunyai keunikan juga sebab, perusahaan kecil air mineral
lokal bernama Aqlaa ikut berdiri dan maju seiring kesuksesan film ini pula.
Aqlaa adalah satu satunya perusahaan air minum lokal yang mempercayai kami dan
memberikan bantuan dana ketika film ini dibuat sebagai sponsor. Maka dibuatlah
adegan dalam film melibatkan produk tersebut. Siapa sangka penempatan produk
itu ternyata berdampak luar biasa. Pemiliknya mengakui omsetnya melonjak naik
tidak bisanya bahkan bisa berpuluh puluh kali lipat. Bahkan katanya mereka sampai
kewalahan menerima pesanan, dan mereka juga terpaksa menolak permintaan banyak
daerah seperti Asmat karena terbatas airnya. Bayangkan sebuah perusahaan air
mineral sampai mengaku kewalahan karena kehabisan stok air ! padahal air yang
mereka pakai hanya air sumur biasa. Perlu diketahui bahwa sebelum Aqlaa pernah
ada sebuah perusahaan air minum lokal lain dengan modal yang lebih besar buka
di Merauke namun mengalami kebangkrutan dan tutup karena tak mampu bersaing dengan
air minum yang bermerk nasional seperti Aqua atau Vit. Aqlaa menjadi produk
yang beruntung bisa bersama sama meraih kesuksesan popularitas bersama film
ini. Hingga saat ini masyarakat Merauke sudah mempercayai Aqlaa sama seperti
air minum kualitas nasional lainnya. Setiap pesta maupun acara pemerintah
hingga pesawat terbang sana pun kini sudah dominan menggunakan Aqlaa. Itulah
makanya tidak heran ketika kami membuat film lagi setelahnya, semua film kami
tetap di dukung dan diberi sumbangan oleh Aqlaa, itu karena pemiliknya merasa
bahwa film ini memang punya pengaruh besar dalam menaikkan perusahaannya
seperti sekarang ini. Aqlaa kini sudah menambah bangunan pabriknya lebih besar
dan karyawan yang banyak tidak lagi seperti ketika film ini dibuat karyawannya
dulu hanya sipemiliknya sendiri bersama istrinya saja.
Sulit sekali saya juga menceritakan perkembangan
pesat ini sebab yang bisa menceritakannya sebenarnya adalah pemiliknya sendiri
atau datanglah sendiri dan saksikan bagaimana Aqlaa menjadi begitu populer
sekarang di Merauke.
- MKR TERCATAT DALAM BUKU SEJARAH PERFILMAN NASIONAL
Sesuatu yang mengejutkan datang ketika kami
berkunjung ke Direktorat perfilman Nasional pada tahun 2012 lalu bersama Kepala
Dinas Kebudayaan Merauke. Saat itu kami diberikan kenang kenangan oleh oleh
masing masing satu tas berisi Buku sejarah perfilman Nasional yang dicetak
setiap tahun serta beberapa DVD Dokumenter. Kami pun melihat bahwa film Melody
Kota Rusa ternyata tercatat didalamnya sejak tahun 2011 hingga kini. Yang
menjadi unik bagi kami adalah sebab sebagian besar film yang dicatat dalam buku
sejarah itu adalah film film yang pernah tayang di bioskop Nasional kita. Saya
bahkan sempat mencari cari data film teman teman saya dari daerah lain ternyata
tak ada tercatat. Buku ini memang bercerita tentang sejarah bioskop di
Indonesia sejak jaman Belanda dulu. Sekedar info bahwa film Melody Kota Rusa
sendiri tak pernah didaftarkan secara resmi ke perfilman nasional dan dulu di
masukkan ke Lembaga Sensor Film hanya melalui calo pembuat DVD Orignal di
Glodok atas nama perusahaan lain.
Mungkin saja film kami dimasukkan ke buku sebab
memang telah menjadi bagian dari sejarah perfilman di tanah Merauke dan Papua
yang dirasa pantas untuk dicatatkan dalam buku sejarah Nasional pula.
- HINGGA HARI INI BAJAKANNYA TETAP LARIS DI TIMUR
Inilah sesuatu yang jarang terjadi dalam film film
sebelumnya sebab setiap film itu dikatakan ada masanya. Setahun dua tahun
kemudian akan ada film baru sebagai gantinya dan film lama akan hilang dari
peredaran. Namun untuk MKR ini saya sendiri bingung hingga hari ini para
pembajak tetap antusias membajaknya bahkan bermacam versi saya lihat
dikeluarkan mulai dari versi cetak ulang cover sampai dengan mengelabui orang
dengan menulis Melody Kota Rusa 2 namun ternyata isinya gabungan film nasional
dan Melody Kota Rusa pertama. Melody Kota Rusa 2 sendiri sampai hari ini masih
ditahan DVD nya oleh produsernya karena kecewa dengan pembajakan.
Beberapa waktu lalu bahkan saya sempat berjalan
jalan di beberapa mall di kota Makassar. Ternyata disana karya karya kami pun
sepeti MKR ini ada di tumpukan DVD yang dijualnya.
Mungkin saja bisa berlangsung
hingga puluhan tahun, dimana banyak generasi berganti yang kemudian akan
menganggap ini kembali seperti sebuah film baru sehingga pembajakpun tak akan
pernah putus putus mengedarkannya sampai kapanpun.
Saya juga tidak heran ketika saya singgah di lapak
lapak penjual DVD bajakan didepan toko toko Merauke, beberapa diantaranya adalah
agen pemasok DVD bajakan. Mereka begitu ramah ke saya bahkan saya sering sekali
dipersilahkan mengambil film apa saja sesuka saya tanpa harus membayar. Saya
kadang membawa pulang puluhan DVD kerumah tanpa bayar. Para pembajak itu
berkata bahwa mereka sudah terlalu banyak untung dari karya karya kami selama
ini, bahkan salah seorang berbisik bahwa bos mereka di Jakarta sekarang sudah
kaya raya gara gara film Melody Kota Rusa katanya. Bosnya itu memasok keseluruh
timur Indonesia katanya. Menurut berita, di Ambon itu pusatnya penggemar MKR
sampai pernah keluar beritanya di Media Indonesia yang menulis penjualan DVD
MKR mengalahkan penjualan DVD film Nasional disana. Itulah makanya kenapa para
bos pembajak itu sekarang sangat menunggu master DVD MKR 2 segera keluar agar
mereka bisa tambah kaya lagi.
Produsernya sendiri adik saya sekarang tak lagi
menjual DVD originalnya sebab semua DVD original MKR sudah habis terjual dimana
mana, tak ada keinginan produser mencetak ulang lagi sebab itu sudah dilakukan
berpuluh puluh kali.
Dulu pertama kalinya filn ini di edarkan secara
resmi dikota Merauke secara orignal, 1000 kepingnya langsung habis dalam waktu
dua minggu saja.
20. TAK PERNAH ADA MASTER FILM HIGH RESOLUTIONNYA
Dan inilah Fakta terakhir yang cukup langka untuk sebuah Film. Melody Kota Rusa ketika di edit sempat rusak Hardisknya 2 kali. Semua gara gara lampu dirumah sang produser atau adik saya sering sekali mati atau turun voltasenya, sementara komputer tak menggunakan Stavolt atau stabilizer. akhirnya yang terjadi editing pertama yang sudah jadi 75 persen tak bisa dibuka kembali. Hardisk pun dikirim ke Jakarta namun di Jakarta pun mereka menyerah, lalu kembali kami membeli Hardisk baru dan memulai editing dari nol lagi. Mulai dari mengcapture ulang kaset per kaset mini DV lewat kamera XL One, setelah itu di edit. ketika semua sudah final edit, hasil masternya dalam bentuk AVI berhasil kami render dan simpan. namun saat itu untuk penayangan di gedung kami lakukan hanya melalui DVD player saja karena itulah kami pun mengkompressnya menjadi DVD. karena durasi filmnya sekitar 2 jam lebih maka kompressing videonya diturunkan bitratenya hingga 2500 itulah makanya agak pecah pecah namun harus dilakukan agar muat dalam kepingan dvd 4 Giga. Apa daya ketika semua pemutaran usai dilakuakn kembali hardisknya rusak. Untunglah kami masih punya satu satunya data film finalnya di dvd itu. Maka sejak hari itu hingga kini MKR tak punya master dalam format yang High resolution. Yanga ada hanya master DVD yang sudah dikompress 2500 bitrate rendah saja. Itulah makanya sudah beberapa kali ada orang dari Provinsi yang meminta Masternya buat dikirim ke festival namun kami tak bisa apa apa karena kami tak punya masternya. Yang di upload ke youtube dan dibajak dimana mana pun itu adalah hasil master dvd low resolution tadi, jadi jangan heran gambarnya sedikit pecah pecah jadinya karena hanya master itu yang kami punya, kecuali jika ada yang bersedia mengeditnya ulang kembali.
0 comments:
Post a Comment