Sunday, 15 December 2013

FAKTA FAKTA UNIK DI BALIK FILM MELODY KOTA RUSA

Tulisan ini saya buat secara sangat jujur dengan sedikit membuka rahasia yang selama ini kami simpan dibalik pembuatan film Melody Kota Rusa tahun 2009, sebuah film Lokal bukan Nasional, film kecil, sederhana, tidak spesial, tidak punya kemampuan tekhnis yang sempurna, biasa saja, namun mengapa selalu saya sebut berkali kali dalam setiap tulisan saya dan mengapa saya selalu menangis ketika menyaksikannya. Kini telah menjadi karya legendaris dari Kota Merauke yang abadi.


  1. IDE NYA DARI BAHAN YANG DI TERTAWAKAN

Ide Film ini muncul sebenarnya baru pada tahun 2008 ketika akan dibuat, tetapi bahannya diambil dari memori masa lalu saya ketika kecil di kampung Muting. Mengapa justru ide ini akhirnya yang di pilih ? Sebab saya selalu teringat ketika saya bercerita kepada teman teman di Jakarta sewaktu kuliah dulu, bahwa di kampung saya di Muting dahulu di masa saya kecil, ada sebuah grup band dikampung itu yang drumnya terbuat dari kulit rusa. Kalau drumnya dipukul bunyinya “tuk tuk tuk” bukan berbunyi seperti drum sesungguhnya. Kisah itu kemudian menjadi bahan tertawaan semua teman saya seperti juga dikejadian aslinya, Ya tidak salah mereka tertawa sebab dahulu semua masyarakat Muting juga tertawa melihat drum itu. Yang lebih menjadi tertawaan teman teman adalah ketika saya lebih detail lagi bercerita tentang kegiatan grup band tersebut yakni : Mereka kalau siang latihan band namun kalau malam berburu rusa dan mencari kulit buaya. Lalu tanya teman teman : untuk apa ? saya jawab : Ya untuk cari uanglah supaya ada ongkos ke kota buat bikin album. Endingnya mereka kembali tertawa sepuas puasnya. Bagi mereka baru kali ini dengar ada band yang seperti itu, biasanya anak band  dikota kalau malam ya pergi nongkrong di Cafe atau dugem ini malah ke hutan dan rawa. Saya menganggap itu sebuah Satir yang mentertawakan keadaan kita sendiri. Bukankah semua orang memang harus berjuang untuk hidup ? untuk cita citanya ? mereka tertawa mungkin bukan karena meledek. Tapi karena ini sesuatu yang unik dan belum pernah di dengar seumur hidupnya. Maka itulah yang membuat saya kemudian bertekad mengangkat kisah ini sebagai sebuah bentuk refleksi perjuangan hidup dengan gaya komedi satir agar yang mentertawakan akan tidak sadar jika mereka sudah mentertawakan kehidupan mereka sendiri dengan begitu unsur nasehatnya tidak akan vulgar sebab dibungkus dalam sebuah hiburan.

  1. SKENARIONYA DI TULIS SAYA DITEMANI OLEH DODI MAHUZE

Ketika mulai menuliskan skenarionya, saya ditemani oleh Dodi Mahuze (salah satu pemain utama) yang terus setia mendampingi saya setiap malam hingga subuh menjelang. Ia sendiri memang tidak bisa menulis  Lalu apa peran Dodi berada disitu ? sebenarnya tidak secara langsung terlihat, tetapi yang pasti dengan adanya Dodi disamping saya selalu membuat ide ide fresh mengalir bagaikan air. Di kala saya sedang menulis, tak jarang dodi menyeletuk sendiri dan menceritakan beberapa cerita mop untuk menghibur saya, uniknya cerita cerita mop itu seakan sinkron dengan adegan yang sedang saya tulis sehingga jadilah skenario yang saya tulis tiba tiba langsung memasukkan unsur mop yang baru saja diceritakan tadi. Praktis begitu banyak adegan dalam film yang intisarinya di ambil juga dari cerita cerita mop yang pada saat itu di tuturkan oleh dodi ketika menghibur saya di tengah malam buta tersebut. Contohnya adegan makan kacang,setrika baju dll. Jadi fungsinya memancing imajinasi saya melihat tingkahnya.
Terkadang kami berdua langsung memperagakan adegan adegan yang sedang ditulis beserta dialog dialognya. Jika ada yang dirasa kurang lucu atau kurang pas dari rekonstruksi adegan itu maka saya akan segera langsung merubahnya mengikuti hasil dari praktek yang dilakukan dodi. Kejadian tersebut berlangsung selama kurang lebih 2 minggu.
Sebagian besar karakter dan adegan yang dibuat di film itu adalah hasil pengamatan saya dari cara hidup, berbicara hingga gerak para pemainnya semua, jadi kisah ini dituliskan setelah kami mendapatkan seluruh castingnya terlebih dahulu, bukan dengan mengarang sebuah karakter secara menghayal saja. Itulah makanya pada saatnya, mereka bermain sebagai diri mereka masing masing, sebab karakternya diambil berdasarkan gestur  mereka sendiri sehari hari.

  1. MENGABADIKAN TETE FRANS WAMUGU MAHUZE

Salah satu alasan kesekian yang mendorong film ini dibuat juga adalah karena saya ingin mengabadikan Tete Frans Wamugu Mahuze seorang budayawan Merauke yang menjadi sisa orang tua yang memegang sejarah Marind kedalam sebuah film. Entah kenapa saya sering ketakutan jika tidak segera mengabadikan pemikiran beliau sebab beliau pada saat itu sudah sering sakit sakitan dan usianya sudah tua. Beliau adalah salah satu pendorong kami dalam berkarya di Muting. Saya masih ingat bagaimana beliau berpidato didepan masyaraka muting ketika pertama kalinya saya kembali dari kuliah di Jakarta dan mengaplikasikan ilmu saya dengan merekam adegan Yosim. Saat itu tete Frans menghimbau kepada semua masyarakat untuk mendukung kegiatan kami dan jangan menganggap ini adalah sebuah proyek untuk mencari uang sebab kami datang untuk bertujuan membangun kampung kami. Sejak saat itulah maka dukungan dari semua masyarakat di kampung kami selalu mengalir ketika kami membuat film disana. Beberapa sejarah Marind yang tidak diketahui banyak orang dimasa kini juga sempat di ceritakan ke saya oleh tete bahkan beliau membawakan dokumen dokumennya memperlihatkannya ke saya.

Dalam film Melody Kota Rusa, tete Frans mengucapkan dialog diluar naskah. Ia tak mau mengikuti skenario yang sudah kami buat. Ketika kami mulai merekam maka ia mulai mengeluarkan banyak kata kata bijak sebagai nasehat, kami merekamnya tanpa putus. Alhasil satu adegan Tete Frans memakan satu kaset mini DV khusus untuk satu rekaman dialognya saja. Dari hasil rekaman itulah lalu kami pilah pilah di editing kata katanya. Maka terpilihlah kata kata beliau yang sempat menyebutkan kata : Bhinneka Tunggal Ika. Anehnya kata kata itu sebenarnya tidak pernah kami tulis di dalam skenario. Sewaktu mengarahkan beliau kami hanya meminta beliau untuk menjelaskan arti dari slogan kota Merauke Izakod bekai izakod Kai atau satu hati satu tujuan dan ternyata memang slogan itu mempunyai kandungan yang serupa dengan Bhinneka Tunggal Ika.

Tete juga memainkan lagu yang dipilihnya sendiri dengan biola buatannya dari kayu dan nilon pancing, tete tidak mau memainkan lagu yang di request oleh kami. Memang tete Frans adalah orang yang sangat idealis, seorang seniman sejati yang sulit dicari gantinya di masa kini.

5 bulan setelah film ini di tayangkan ke publik di Merauke, Tete Frans meninggal dunia di Muting. Begitu sedihnya saya mendengarnya. Namun sebelum meninggal beliau sempat berkata kepada saya bahwa beliau sangat senang sebagian pemikirannya telah diabadikan kedalam sebuah karya. Beliau juga sempat meminta beberapa lembar kertas HVS dan bolpen ke saya dengan tujuan ingin menuliskan sebuah sejarah yang akan dititipkan kepada saya agar tidak hilang namun hingga menjelang akhir hayatnya beliau tak sempat menyelesaikan itu dan menyerahkannya ke saya. Ketika beliau meninggal pun saya ketika itu sedang berada di Jakata dalam rangka mencetak DVD film ini.

  1. GRUP BAND MEZMANDELO

Jika yang sudah pernah menonton film Melody Kota Rusa pasti tak asing dengan kelompok Grup Walef yang penuh perjuangan harus mencari kulit buaya dan berburu rusa selain kegiatan mereka bermain band. Nah grup ini sebenarnya terinspirasi dari sebuah grup yang memang benar benar ada di kampung Muting. Namanya Grup Mezmandelo. Dahulu mereka top sekali dikampung Muting di tahun 80-90 an. Saat itu saya masih duduk dibangku SD-SMP. Kami selalu menunggu penampilan mereka di panggung 17 agustus yang sering diadakan setiap tahunnya. Kala itu drum yang digunakan grup band ini hanya terbuat dari kulit rusa. Namun uniknya mereka membentuknya seperti penampilan drum betulan. Grup band ini termasuk band yang paling eksis di kampung kami dan di sukai hingga kini. Namun ironisnya hingga saat inipun mereka masih bermimpi ingin mempunyai album rekaman dan belum terwujud. Hingga semua personelnya kini sudah tua semua, bahkan satu persatu sudah ada yang meningal dunia, rekaman hanya tinggal mimpi namun semangat mereka tetap tak pernah pupus.  Di tahun 2000 an mereka juga mendapatkan bantuan peralatan dari Bupati Merauke kisah ini semua hampir semuanya mirip dengan yang dituturkan dalam film melody Kota Rusa yang juga mendapatkan bantuan peralatan dari Bupati. Semangat Grup Mezmandelo yang tak pernah pudar hingga di masa tuanya inilah yang kemudian menginspirasi cerita ini ditulis dengan mengadirkan karakter karakter fiksi Walef Band. Kelak di film Melody Kota Rusa 2 akhirnya kami berhasil membeli hak cipta 2 buah lagu karya asli band Mezmandelo yang kemudian dibawakan oleh Grup Walef di filmnya. Lagu itu adalah : Tanjung Muting dan Tagobalo Kifit, dua lagu yang berbahasa Marind. Akhirnya tercapai juga lagunya masuk rekaman meskipun bukan orangnya.

  1. BANYAK ADEGAN REKONSTRUKSI ULANG

Seperti sebelumnya saya katakan bahwa sebagian naskah film ini dibuat berdasarkan rekam jejak kejadian masa kecil kami di Muting, salah satunya terlihat dalam adegan panggung 17 agustus, kala itu band mezmandelo tampil, drum mereka terbuat dari kulit rusa, hal itulah tak jarang kerap menjadi candaan kami semua anak anak kecil. Kami kadang mengetuk ngetuk drum tersebut sekedar ingin mendengar bunyi suaranya yang aneh hingga kami di marahi oleh personel mereka sekan akan drum tersebut adalah drum mahal yang tak boleh di sentuh, makanya keluarlah celetukan seorang teman kecil saya : ah macam dorang pu drum su bagus saja, drum kulit rusa saja mo...Memori lucu seperti itulah yang banyak di rekonstruksikan ulang persis mengikuti kejadian aslinya dalam film Melody Kota Rusa. Banyak adegan yang jika anda melihatnya mungkin akan 11-12 dengan kejadian nyatanya di masa lalu. Contoh adegan lain adalah adegan dodi membeli Mandom (tisu pewangi) di kios. Adegan itu direka ulang persis dengan kejadian yang pernah terjadi di masa kecil saya.

Adegan suasana panggung 17 agustus juga harus didekorasi ulang sedemikian rupa menyerupai masa lalu. Sebab dimasa kini tak ada lagi pasar malam yang sering diadakan dilapangan ketika agustusan. Dulu satu satunya hiburan sekali dalam setahun untuk warga muting ya melalui panggung itu. Karena itulah semua tim berupaya membangun kembali mulai dari panggung, kios kios di pasar malamnya guna menghadirkan kembali suasana ditahun 80-90 an ketika kejadian itu berlangung.

Yang paling lucu ketika kami merekonstruksi adegan Disko Bongkar. Saat itu suasana diskonya masih mirip dengan masa lalu hanya saja yang berubah kini adalah lagu yang mengiringi disko tersebut. Ketika syuting, kami mengunakan musik disko tahun 80 an. Hasilnya ketika adegan itu dibuat tidak ada yang masuk ke arena pesta untuk bergoyang. Ya tentu saja sebab generasi remaja sekarang sudah tidak mengenal musik tersebut. Yang mereka kenal masa kini adalah musik musik house atau reggae ala Papua yang bisa membuat bergoyang. Akhirnya kami terpaksa mengalah dengan cara memutarkan lagu kesukaan mereka untuk bergoyang lalu kemudian di editing kami ganti musiknya dengan musik tahun 80 an sesuai dnegan konsep cerita. Perlu diketahui bahwa adegan disko bongkar dibuat dengan menggunakan partisipan asli bukan direkayasa. Saat itu kebetulan ada paman kami yang sedang mengadakan pesta pernikahan di Muting jadi sekalian kami gunakan acara tersebut untuk pengambilan gambar film.

Masih banyak lagi adegan rekonstruksi ulang gaya dari masa lalu kami di Muting. Sebagian besar isi film tersebut sebenarnya merupakan rekonstruksi bukan mengarang.

  1. NAMA MAS SUROSO DIAMBIL DARI NAMA PENJUAL AYAM

Jauh sebelum skenario film ini di tulis, ada sebuah kejadian di pagi hari yang membuat saya tak bisa melupakannya. Ketika itu saya sedang berbicara dengan dodi didepan rumah, lalu tiba tiba orang dalam rumah ribut sekali mempermasalahkan tentang persiapan mau lebaran beberapa hari lagi. Mereka lalu menyebut nyebut kalau mau beli ayam buat dipotong tolong singgah ke rumahnya Mas Suroso. Dodi yang saat itu sedang berbicara dengan saya tiba tiba berbisik ke saya : efe bagia mas suroso aaa.... sejak itulah nama mas suroso seakan tak bisa lepas dari kepala saya sehingga ketika membuatkan karakter seorang Jawa di film yang menjadi rival dodi maka saya pun memilih nama mas suroso yang paling tepat karena dianggap sudah familiar bagi Dodi.

Mengapa harus ada karakter orang Jawa dalam film ini ? Sebab ini sesuai kenyataan yang terjadi di wilayah Selatan Papua yang multi kultur ini. Menurut survey statistik penduduk pendatang yang terbesar di wilayah ini adalah orang Jawa, bahkan foto foto sejarah Merauke ratusan tahun lalu juga sudah menunjukkan adanya orang Jawa di tengah orang Marind. Geografi kampung Muting sendiri banyak dikelilingi oleh lokasi lokasi transmigrasi yang dihuni oleh orang orang Jawa yang disebut orang lokasi. Karena itulah tokoh Jawa saya rasa harus di hadirkan mengikuti kenyataan meskipun tokoh tersebut bukan mewakili saya maupun keluarga saya sebab keluarga saya sendiri bukanlah orang Jawa. Sesuai kenyataan juga ternyata Edi Hariyanto pemeran Mas Suroso memang dikehidupan aslinya lebih banyak berteman dengan anak anak asli Marind dibandingkan orang sedaerahnya.

  1. SYUTING SERING TERHAMBAT KARENA DODI

Dibalik kemampuannya menghibur orang banyak, Dodi mempunyai fisik dan mental yang sangat lemah. Ia tidak bisa dipaksa atau di forsir melebihi kapasitasnya. Karena itulah syuting lebih dibawa santai. Namun ada kalanya ketika disuatu ketika kami harus melakukan syuting cepat misalnya ketika adegan yang melibatkan dua wanita pegawai Bank Papua kala itu yang hanya diberi waktu syuting sabtu minggu saja. Alhasil dodi pun mulai dipaksa cepat sehingga membuat dodi terkadang marah dan ngambek tak mau meneruskan syuting jika moodnya sudah rusak. Jika dodi sudah ngambek maka tak ada satupun orang yang bisa memaksanya, syuting terpaksa di batalkan meski kami sudah berjalan amat jauh keluar kota. Minggu depannya lagi barulah bisa dilanjutkan kembali setelah mood dodi kembali normal. Ada sebuah kisah ketika dodi sednag melakukan dengan Yosim, kala itu kami sudah mengumpulkan semua penduduk muting untuk melakukan Yosim. Adegan itu diambil hingga larut malam dan dodi sempat salah dialog terus sehingga ada seorang kru yang berteriak : dodi cepat sudah biar kita bisa pulang ini, karena diteriaki begitu maka mood dodi pun rusak dan berhentilah syuting. Saat itu yang tersisa sebenarnya hanya Close up dodi dan seorang cewek yang berdoialog pada saat yosim. Karena syuting tertap tak bisa dilanjut maka adegan itupun di pecah dengan diakali di ambil di tempat lain 3 hari sesudahnya. Untung saja adegan itu tetap terlihat mengalir dan tak ada yang menyangka jika diambil dalam 2 lokasi berbeda.

Mengenai pengambilan gambar yang diambil dengan banyak lokasi berbeda, bukan hanya itu saja. Ketika adegan dodi dan yosep dikejar SPOK (hantu) adegan itu terpaksa kami ambil dalam 5 lokasi berbeda. Hal ini dikarenakan dodi yang cedera bahunya ketika melakukan adegan lompat menangkap rusa. Sejak itu dodi kesulitan berlari. Kami pun mengakalinya dengan mengambil adegan lari dodi di cicil kapan saja ketika dia lagi sedang mood dan sedang kuat berlari. Maka jadilah adegan itu diambil dengan waktu acak sebanyak 5 lokasi berbeda. Malahan ada satu adegan lari yang diambil cicilannya ketika kami sedang berwisata setelah syuting telah selesai.


  1. BANYAK REKAYASA TEKHNIS DALAM GAMBAR

Ini sebenarnya menjadi rahasia kami, dan bisa mengurangi keasyikan menonton jika ini di beberkan namun karena saya sudah berjanji akan membongkarnya maka saya katakan bahwa begitu banyak rekayasa tekhnis atau manipulasi gambar didalam film yang terlihat seakan semuanya natural ini.
Memang tidak perlu semua saya contohkan supaya tetap terjaga imajinasinya. Namun sedikit contoh saja adalah adegan pemandangan indah yang terkadang muncul adalah hasil perpaduan beberapa gambar yang di ramu jadi satu sehingga menjadi sangat indah.
Ada kisah lucu ketika kami membuat film Melody Kota Rusa 2 ditempat yang sama, ada seorang kru sound yang waktu itu baru bergabung dengan kami mengaku kecewa melihat pemandangan aslinya sebab ia mengaku ingin sekali ke Muting sebenarnya gara gara menonton Melody Kota Rusa pertama yang pemandangannya indah dengan banyak rusa di alamnya. Namun ternyata yang di lihatnya sangat berbeda dengan di film itu. Karena itulah ia mengagumi tekhnik kami memanipulasi gambar sehingga menjadikan daya tarik orang yang menontonnya. Jadi dalam hal ini bukan kisahnya yang direkayasa tetapi gambarnya yang direkayasa supaya menjadi lebih indah sebagai sebuah tontonan. Itulah makanya mengapa sampai ada penampakan binatang binatang indah khas Papua secara dekat dengan manusia seperti kasuari atau burung mambruk padahal dalam kenyataannya binatang itu sangat liar dan susah dikendalikan.
Ada kisah baru baru ini tim dari TV One ingin sekali ke Muting saya tanya ke mereka : kenapa pingin ke muting ? Mereka bilang karena mau meliput keindahan pemandangannya seperti di film MKR. Maka saya jawab : tidak usah mas, karena sebenarnya tidak seindah seperti itu aslinya. Saya hanya berupaya jujur dikenyataan.

  1. ENDING CERITANYA JADI KONTROVERSI

Ini terjadi ketika di masa masa film ini jadi perbincangan di radio radio maupun media di Merauke. Hampir setiap hari saya selalu mendengar orang mempermasalahkan ending kisah ini. Bahkan yang paling ekstrim adalah ada oarang yang sampai marah sekali dia tidak terima jika band walef itu harus gagal. Mereka ingin melihat walef band harus berhasil. Saya menanggapinya dengan senang saja sebab itu pertanda bahwa film ini telah mampu mengaduk emosi mereka sehingga menganggap bahwa walef band itu benar benar ada dan bukan sekedar film. Bahkan bapak wakil bupati pun yang waktu itu kami undang menonton juga sempat mengomentari endingnya yang menurutnya kenapa harus menggantung dan tidak diselesaikan. Saya rasa mungkin inilah akibat pengaruh sinetron masa kini yang selalu berakhir dengan ending bahagia. Penonton kita masih belum bisa menerima ending ending kegagalan apalagi ketika tokoh utamanya sudah mereka idolai. Saya hanya mengambil hikmahnya saja bahwa mungkin begitulah kenyataannya dimasa sekarang, lebih banyak orang yang menganggap kesuksesan itu ukurannya adalah ambisi untuk populer atau menang, jarang sekali yang bisa menerima bahwa kesuksesan itu adalah ketika kita bisa berkumpul kembali bersama sama daripada harus populer atau menang tapi harus terpecah belah persahabatannya.
Protes ini terus berlangung dalam waktu lama sehingga ketika Melody Kota Rusa 2 dibuat, keinginan  fans ini di akomodir dengan cara membuat ending yang bahagia untuk walef band.

  1. SEMUA KRU DAN PEMAIN BUTA SINEMATOGRAFI

Semua pemain dan kru yang mengerjakan film ini adalah orang orang biasa, anak anak Merauke yang selama ini sangat buta dengan film. Sedikitpun mereka tak punya dasar pengetahuan tentang film. Hanya saya satu satunya anak Muting yang kemudian bersedia membagi ilmu saya ke mereka. Pembuatan film pun menjadi timpang sebelah, semuanya hanya seperti menurut saja tak bisa diandalkan berdiri sendiri dibidangnya. Wajar saat itu sebab inilah pertama kalinya sebuah film panjang yang akan diputar secara komersial, dibuat di kota Merauke tanpa bantuan kru luar. Banyak sekali kendala akibat kejadian ini, misalnya saja mereka akan sulit mengerti ketika sedang diarahkan. Pemain pun begitu mereka tak punya gambaran akan seperti apa hasilnya nanti, mengapa disuruh begini mengapa begitu mereka bingung sekali meskipun sudah membaca skenario.  Yang paling terasa dari hasil kerja seperti ini adalah di audionya, mengapa audionya menjadi tidak rata dan timbul tenggelam suaranya ? sebab posisi boom mic yang dipegang kru nya ditempatkan sesukanya kadang didepan wajah pemain kadang juga menghadap kebelakang kepalanya. Saya sendiri menjadi sangat kewalahan dan tak mungkin bisa mengontrol ini satu persatu sehingga wajarlah ketika ada adegan yang screen directionnya pun terbalik. Ketika editing saya sudah menyadari itu dan melihatnya namun sengaja tetap saya pasang shot yang salah itu sebab tidak terlalu mengganggu jalan cerita dan adegannya, sekaligus sebagai bukti bahwa ada keterlibatan kru kru yang buta sinematografi dalam film ini.

  1. DODI TERBAWA KARAKTERNYA DI FILM HINGGA KEDUNIA NYATA

Ini merupakan hal yang langka sekali di dunia perfilman manapun. Bagaimana mungkin seseorang yang karakternya sebelumnya beda tiba tiba menjadi berubah gara gara dia keasyikan mendalami perannya dalam sebuah film ?
Itulah yang kemudian terjadi pada dodi hingga hari ini. Dodi dulunya adalah orang yang pekerja keras ia juga jarang minum mabuk, kesukaannya malah minum coca cola atau sprite saja. Ceritanya berubah sejak ia menjadi sangat menyatu dengan karakter di film ini, di dalam  film kami menciptakan karakter dodi seorang pemabuk berat yang suka mengganggu orang. Ini adalah satu satunya sifat yang bertentangan dnegan karakter aslinya. Sifat mabuk yang di buat kedalam cerita itu adalah hasil permintaaan dodi sendiri yang sering memperagakan akting orang yang sedang mabuk alias berpura pura saja. Ternyata hanya itu satu satunya akting dodi yang paling terlhat natural. Makanya di dalam pembuatan filmnya, dodi hanya diberi minuman pura pura yang terbuat dari sirup leci menyerupai air minuman sagero. Namun dodi sangat meyakinkan berakting seolah olah itu adalah sagero betulan.

Setelah film ini kemudian sukses dan menjadikan banyak fans yang suka dengan dodi maka mulailah petaka bagi dodi. Banyak penggemarnya yang mengira dodi itu memang sifatnya persis seperti di film. Itulah akibat mereka menyangka film ini benar benar nyata. Hasilnya dodi sering sekali dijemput dengan mobil oleh para fansnya dan dipulangkan dini hari dalam keadaan mabuk berat. Suatu ketika bahkan anak anak menemukan dodi sedang merayap tengah malam didepan rumah karena mabuk berat. Lama kelamaan dodi akhirnya menganggap bahwa dirinya memang dodi yang ada di film bukan dodi di kenyataan lagi. Pengaruh film terhadap fansnya membuat dodi ikut kebagian dampaknya. Saya menyaksikan sendiri juga didepan mata saya beberapa fansnya mendatanginya sambil membawa botol minuman berisi sagero betulan. Meski saya larang dodi hanya mengelak : Ah sedikit saja....
Bahkan ketika kami melakukan pawai keliling kota saat karnaval agustus di kota Merauke, dodi diam diam menenggak sagero betulan begitu banyak sebelum melakukan pawai itu alhasil dia pun terkapar tak bangun bangun selama keliling kota. Baru ketika akan melewati para pejabat dikantor bupati dodi disadarkan dan kemudian harus dipapah setengah diseret oleh teman temannya karena masih fly berat melewati depan para pejabat dan bupati yang menonton, banyak yang tak tahu saat itu dodi sedang mabuk berat dikiranya dia sedang akting. Rupanya dodi meniru karakter yang dimainkannya didalam film. Saat ini dodi telah banyak berubah sifatnya entahlah apakah karena film atau karena apa. Yang pasti memang butuh mental yang kuat untuk memerankan sebuah karakter negatif di film, jika tidak kuat bisa berakhir seperti itu. Saya hanya bersyukur dodi tidak diberikan peran seorang pembunuh atau pemerkosa, karena apa jadinya jika itu terjadi ?

  1. BEBERAPA DIALOG KHAS DODI DIANGGAP SALAH

Setelah lama film ini beredar, saya sempat mendengar ada beberapa protes terhadap dialog khas yang diucapkan dodi seperti : Bagia ! atau Peleee !
Ini menjadi mencuat ketika dialog dodi menjadi fenomenal dan sering ditirukan orang bahkan orang diluar Papua. Bahkan banyak sekali celetukan dodi atau dialog dialog unik di film yang diambil oleh para rapper di Papua untuk dijadikan bahan remix lagunya.

Namun saya sendiri menganggap ini terjadi semenjak kepergian Tete Frans, dulu semasa beliau masih hidup tak akan ada orang yang berani protes sebab tete dianggap orang paling tua yang mengerti. Jadi jika tete saja tidak menyalahkan kenapa harus ada yang berani menyalahkan ? memang semenjak tete Frans tiada kami seakan kehilangan tameng yang selalu melindungi kami dari sisi Seniman sebab tete adalah seorang seniman sejati.

Tentu saja hal tersebut bukan hal yang serius, sebab jika kita bergaul dikota Merauke, logat logat kayak begini tidak asing lagi di telinga semua orang. Hampir semua anak merauke selalu menggunakan istilah istilah ini. Dalam film pun istilah itu keluar secara spontan dari dodi. Hal ini menjadi serius apabila di kaitkan dengan pengertian aslinya, memang gaya celetukan khas merauke itu bisa seperti kata “Cukimai” yang juga dianggap umum dan sering diucapkan di Merauke. Film Melody Kota rusa memang memotret semua apa adanya. Jika celetukan itu dihilangkan maka hilanglah pula ciri khas orang Merauke dalam berbicara di sesama anak mudanya. Bagi anak anak disana kata Bagia dan Pelee tak pernah diartikan negatif. Namun para orang tua menganggap itu seperti memaki ibu kita sendiri. Tapi sulit memang dilepaskan dari gaya dialeg orang sana silahkan dilihat sendiri dalam setiap dialog anak Merauke pasti ada kata “pele” keluar dimana saja. Kata “Pele” itu semacam mewakili kata takjub seperti “Busyed” atau “Anjrriiit” . Bahkan di film film barat itu kata makian “Fuck” menjadi hal biasa. memang kalau diartikan bisa berarti negatif tapi karena sudah menjadi ciri khas maka film hanya mencoba memotretnya secara jujur. Bukan untuk harus ditiru tetapi dipilah mana yang baik dan mana yang buruk dibuang. Kalau semua film harus memperlihatkan yang baik saja maka film itu bisa dikatakan munafik karena menyembunyikan sesuatu yang faktual.
Sekali lagi film tugasnya memotret keadaan secara jujur penonton yang harus menyaringnya jangan ditelan mentah mentah.

  1. DI TOLAK BUPATI BERKALI KALI

Sebelum membuat film ini, kami beberapa tim inti penggagas film ini sebenarnya pernah mencoba ingin bertemu Bapak Bupati Merauke yang menjabat saat itu berkali kali. Namun hingga akhirnya sampai filmnya dibuat dan ditayangkan kami tidak pernah bertemu beliau. Pernah suatu ketika kami antri didepan ruangan Pak Bupati dari mulai jam 8 pagi sampai jam 6 sore namun ketika tinggal selangkah lagi kami masuk keruangan beliau tiba tiba pengawal beliau bertanya ke kami : dari mana ? kami jawab dari tim pembuat film, lalu ditanya lagi : dari merauke atau jakarta ? kami jawab dari merauke, lalu jawab pengawalnya : oh kirain dari TVRI Jakarta. Maka kami pun di tolak masuk dengan alasan lain kali saja bapak lagi pusing. Entahlah mungkin karena kami dianggap tidak profesional dan kelas lokal, Sepertinya mereka hanya ingin menerima pembuat film profesional dari Jakarta saja. Kami sempat sakit hati sekali waktu itu, bayangkan mengantri tidak makan minum dari jam 8 pagi sampai magrib lalu sudah tinggal selangkah masuk ruangan Bupati eh ditolak. Ada kemungkinan pengawal beliau menyangka kami mau minta bantuan barangkali sebab masa itu yang antri minta bantuan ke bupati jumlahnya ratusan orang setiap hari. Padahal tujuan kami waktu itu adalah ingin meminta saran saran pak Bupati tentang kisah film kami sekaligus menawarkan beliau untuk ikut tampil dalam satu adegannya.
Yah, itu memang kisah pahit yang kami awali di awal awal perjuangan kami disana. Kini kisah itu sudah berubah, pemerintah Merauke kini sangat perhatian pada kegiatan kami dan selalu mendukung setiap langkah kami memajukan perfilman disana.

  1. TIDAK PERNAH DI RENCANAKAN UNTUK BERSAMBUNG

Ketika film ini dibuat, sama sekali tak pernah terlintas dalam pikiran saya bahwa akan ada Melody Kota Rusa 2. Bagi saya itu sudah ending yang terbaik sebagai pilihan bijak mereka, namun keadaan berkata lain. Saya harus terpaksa melanjutkannya dengan 2 alasan :
Alasan pertama adalah karena begitu banyaknya desakan fansnya tentang ending cerita yang dirasa kurang memuaskan alias menggantung. Mereka ingin melihat Walef Band sukses dan mencapai impiannya.
Alasan kedua adalah karena saya termakan dialog iseng saya sendiri. Tepat ketka masa masa pemutaran filmnya di gedung gedung merauke. Ada beberapa pemainnya yang iseng bercanda meminta saya membuat Melody Kota Rusa 2 nantinya lalu saya bercanda, nantilah kita lanjutkan jika Tete Frans sudah tidak ada, jadi nanti kalian akan ada adegan ke kuburannya. Tak lama setelah itu ternyata tete Frans meninggal dunia begitu cepat sehingga saya pun merasa bahwa mungkin memang harus dilanjutkan dalam waktu cepat pula kalau begitu.
Maka dibuatlah film Melody Kota Rusa 2 pada tahun 2011 yang kali ini berhasil melibatkan bapak Bupati bermain didalamnya. Hari pertama film ini ditayangkan secara komersil di Merauke, dipenuhi oleh fans fans berat film ini. Selain kota Merauke, MKR 2 juga telah menyinggahi kota kota Boven Digoel,Sorong,Salatiga,dan dalam waktu dekat akan ke Jayapura.
Ternyata setelah diwujudkan yang keduanya, masih ada saja permintaan yang meminta lanjutan yang ketiganya lagi, saya bilang memangnya ini sinetron ? saya hanya bilang ke pemainnya mungkin kita akan bikin yang ketiganya kalau kalian sudah tua nanti, jadi cerita tentang anak anak kalian yang jadi pemain band. Terkadang keinginan fans bisa juga menjadi kenyataan.

  1. MEMPERTAHANKAN SEBUTAN MERAUKE SEBAGAI KOTA RUSA

Ketika film ini dibuat, sebenarnya nama sebutan Merauke sebagai Kota Rusa sudah mulai hilang atau jarang disebut lagi. Memang julukan itu dulu populer ditahun 80-90 an ketika bintang rusa masih sangat banyak dan bahkan bisa dilihat di pinggir jalan atau rawa. Namun kini rusa mulai punah dan lari jauh masuk hutan karena terus diburu secara massiv. Karena itulah pemerintah berencana akan mengganti nama julukan Merauke dengan panggilan baru merauke kota Agropolitan sebab dimasa itu pemerintah sedang mencanangkan merauke sebagai lumbung padi nasional. Nama Kota Rusa sendiri rencana memang mau dihapuskan sebab pemda ingin mengangkat Kangguru yang dianggap hewan habitat asli Papua. Rusa dianggap sebagai hewan yang bukan endemik Merauke. Rusa dibawa oleh orang Belanda kesana. Apa daya ternyata pengaruh film begitu kuatnya melebihi keinginan pemerintah sehingga sejak populernya film ini menjadikan semua orang maupun media kembali menyebut Merauke dengan panggilan Kota Rusa yang pernah populer dimasa lalu.

  1. FILM NYA DIJADIKAN STANDART MENGENALI MERAUKE

Ini saya dengar dari beberapa penuturan orang yang datang bertugas ke Merauke. Yang pertama adalah dari seorang pegawai Bank yang bercerita dulu sewaktu ia mendapat tugas ditempatkan di wilayah Merauke-Muting semua keluarganya tidak setuju dan khawatir. Mungkin karena selama ini mereka berpatokan pada media massa yang selalu mengeksploitasi kekacauan di Papua secara menggeneralisir lewat berita. Namun akhirnya yang membuat orang itu akhirnya bisa di restui keluarganya ke Merauke adalah ketika mereka menonton film Melody Kota Rusa. Sejak itulah mereka bilang lho ini kog damai damai saja buktinya disana, siapa bilang rusuh dan menakutkan ? maka ia pun akhrnya datang bertugas di Muting.
Kisah kedua adalah dari penuturan bapak bapak tentara yang baru saja bertugas menggantikan pasukan yang setiap tahun di tempatkan bergantian di wilayah perbatasan RI-PNG yang selalu kami lewati setiap dari Merauke ke Muting.
Mereka bercerita bahwa film kami kini dijadikan sebuah tontonan wajib buat para petugas yang akan berangkat ke ujung Timur dengan tujuan untuk mengenali wilayah geografis, adat dan kultur masyarakat setempat. Kita tahu bahwa sering sekali terjadi gesekan antara masyarakat dengan para petugas lapangan ini akibat mereka tidak mengenali tata cara kehidupan disana. Karena itulah mereka diharuskan menonton film ini agar bisa beradaptasi dengan lingkungan dan masyarakat yang nanti akan didatanginya.
Jadi siapapun yang belum pernah ke merauke bisa menonton film ini dulu sebelum kesana agar tidak salah paham menyangka Merauke sama dengan wilayah Papua lainnya.

  1. PERUSAHAAN AIR MINERAL AQLAA MELESAT MAJU

Ini sebenarnya terlalu komersil informasinya namun fakta ini dirasa mempunyai keunikan juga sebab, perusahaan kecil air mineral lokal bernama Aqlaa ikut berdiri dan maju seiring kesuksesan film ini pula. Aqlaa adalah satu satunya perusahaan air minum lokal yang mempercayai kami dan memberikan bantuan dana ketika film ini dibuat sebagai sponsor. Maka dibuatlah adegan dalam film melibatkan produk tersebut. Siapa sangka penempatan produk itu ternyata berdampak luar biasa. Pemiliknya mengakui omsetnya melonjak naik tidak bisanya bahkan bisa berpuluh puluh kali lipat. Bahkan katanya mereka sampai kewalahan menerima pesanan, dan mereka juga terpaksa menolak permintaan banyak daerah seperti Asmat karena terbatas airnya. Bayangkan sebuah perusahaan air mineral sampai mengaku kewalahan karena kehabisan stok air ! padahal air yang mereka pakai hanya air sumur biasa. Perlu diketahui bahwa sebelum Aqlaa pernah ada sebuah perusahaan air minum lokal lain dengan modal yang lebih besar buka di Merauke namun mengalami kebangkrutan dan tutup karena tak mampu bersaing dengan air minum yang bermerk nasional seperti Aqua atau Vit. Aqlaa menjadi produk yang beruntung bisa bersama sama meraih kesuksesan popularitas bersama film ini. Hingga saat ini masyarakat Merauke sudah mempercayai Aqlaa sama seperti air minum kualitas nasional lainnya. Setiap pesta maupun acara pemerintah hingga pesawat terbang sana pun kini sudah dominan menggunakan Aqlaa. Itulah makanya tidak heran ketika kami membuat film lagi setelahnya, semua film kami tetap di dukung dan diberi sumbangan oleh Aqlaa, itu karena pemiliknya merasa bahwa film ini memang punya pengaruh besar dalam menaikkan perusahaannya seperti sekarang ini. Aqlaa kini sudah menambah bangunan pabriknya lebih besar dan karyawan yang banyak tidak lagi seperti ketika film ini dibuat karyawannya dulu hanya sipemiliknya sendiri bersama istrinya saja.
Sulit sekali saya juga menceritakan perkembangan pesat ini sebab yang bisa menceritakannya sebenarnya adalah pemiliknya sendiri atau datanglah sendiri dan saksikan bagaimana Aqlaa menjadi begitu populer sekarang di Merauke.

  1. MKR TERCATAT DALAM BUKU SEJARAH PERFILMAN NASIONAL

Sesuatu yang mengejutkan datang ketika kami berkunjung ke Direktorat perfilman Nasional pada tahun 2012 lalu bersama Kepala Dinas Kebudayaan Merauke. Saat itu kami diberikan kenang kenangan oleh oleh masing masing satu tas berisi Buku sejarah perfilman Nasional yang dicetak setiap tahun serta beberapa DVD Dokumenter. Kami pun melihat bahwa film Melody Kota Rusa ternyata tercatat didalamnya sejak tahun 2011 hingga kini. Yang menjadi unik bagi kami adalah sebab sebagian besar film yang dicatat dalam buku sejarah itu adalah film film yang pernah tayang di bioskop Nasional kita. Saya bahkan sempat mencari cari data film teman teman saya dari daerah lain ternyata tak ada tercatat. Buku ini memang bercerita tentang sejarah bioskop di Indonesia sejak jaman Belanda dulu. Sekedar info bahwa film Melody Kota Rusa sendiri tak pernah didaftarkan secara resmi ke perfilman nasional dan dulu di masukkan ke Lembaga Sensor Film hanya melalui calo pembuat DVD Orignal di Glodok atas nama perusahaan lain.
Mungkin saja film kami dimasukkan ke buku sebab memang telah menjadi bagian dari sejarah perfilman di tanah Merauke dan Papua yang dirasa pantas untuk dicatatkan dalam buku sejarah Nasional pula.






  1. HINGGA HARI INI BAJAKANNYA TETAP LARIS DI TIMUR

Inilah sesuatu yang jarang terjadi dalam film film sebelumnya sebab setiap film itu dikatakan ada masanya. Setahun dua tahun kemudian akan ada film baru sebagai gantinya dan film lama akan hilang dari peredaran. Namun untuk MKR ini saya sendiri bingung hingga hari ini para pembajak tetap antusias membajaknya bahkan bermacam versi saya lihat dikeluarkan mulai dari versi cetak ulang cover sampai dengan mengelabui orang dengan menulis Melody Kota Rusa 2 namun ternyata isinya gabungan film nasional dan Melody Kota Rusa pertama. Melody Kota Rusa 2 sendiri sampai hari ini masih ditahan DVD nya oleh produsernya karena kecewa dengan pembajakan.
Beberapa waktu lalu bahkan saya sempat berjalan jalan di beberapa mall di kota Makassar. Ternyata disana karya karya kami pun sepeti MKR ini ada di tumpukan DVD yang dijualnya.
Mungkin saja bisa berlangsung hingga puluhan tahun, dimana banyak generasi berganti yang kemudian akan menganggap ini kembali seperti sebuah film baru sehingga pembajakpun tak akan pernah putus putus mengedarkannya sampai kapanpun.

Saya juga tidak heran ketika saya singgah di lapak lapak penjual DVD bajakan didepan toko toko Merauke, beberapa diantaranya adalah agen pemasok DVD bajakan. Mereka begitu ramah ke saya bahkan saya sering sekali dipersilahkan mengambil film apa saja sesuka saya tanpa harus membayar. Saya kadang membawa pulang puluhan DVD kerumah tanpa bayar. Para pembajak itu berkata bahwa mereka sudah terlalu banyak untung dari karya karya kami selama ini, bahkan salah seorang berbisik bahwa bos mereka di Jakarta sekarang sudah kaya raya gara gara film Melody Kota Rusa katanya. Bosnya itu memasok keseluruh timur Indonesia katanya. Menurut berita, di Ambon itu pusatnya penggemar MKR sampai pernah keluar beritanya di Media Indonesia yang menulis penjualan DVD MKR mengalahkan penjualan DVD film Nasional disana. Itulah makanya kenapa para bos pembajak itu sekarang sangat menunggu master DVD MKR 2 segera keluar agar mereka bisa tambah kaya lagi.

Produsernya sendiri adik saya sekarang tak lagi menjual DVD originalnya sebab semua DVD original MKR sudah habis terjual dimana mana, tak ada keinginan produser mencetak ulang lagi sebab itu sudah dilakukan berpuluh puluh kali.
Dulu pertama kalinya filn ini di edarkan secara resmi dikota Merauke secara orignal, 1000 kepingnya langsung habis dalam waktu dua minggu saja.

20.  TAK PERNAH ADA MASTER FILM HIGH RESOLUTIONNYA

Dan inilah Fakta terakhir yang cukup langka untuk sebuah Film. Melody Kota Rusa ketika di edit sempat rusak Hardisknya 2 kali. Semua gara gara lampu dirumah sang produser atau adik saya sering sekali mati atau turun voltasenya, sementara komputer tak menggunakan Stavolt atau stabilizer. akhirnya yang terjadi editing pertama yang sudah jadi 75 persen tak bisa dibuka kembali. Hardisk pun dikirim ke Jakarta namun di Jakarta pun mereka menyerah, lalu kembali kami membeli Hardisk baru dan memulai editing dari nol lagi. Mulai dari mengcapture ulang kaset per kaset mini DV lewat kamera XL One, setelah itu di edit. ketika semua sudah final edit, hasil masternya dalam bentuk AVI berhasil kami render dan simpan. namun saat itu untuk penayangan di gedung kami lakukan hanya melalui DVD player saja karena itulah kami pun mengkompressnya menjadi DVD. karena durasi filmnya sekitar 2 jam lebih maka kompressing videonya diturunkan bitratenya hingga 2500 itulah makanya agak pecah pecah namun harus dilakukan agar muat dalam kepingan dvd 4 Giga. Apa daya ketika semua pemutaran usai dilakuakn kembali hardisknya rusak. Untunglah kami masih punya satu satunya data film finalnya di dvd itu. Maka sejak hari itu hingga kini MKR tak punya master dalam format yang High resolution. Yanga ada hanya master DVD yang sudah dikompress 2500 bitrate rendah saja. Itulah makanya sudah beberapa kali ada orang dari Provinsi yang meminta Masternya buat dikirim ke festival namun kami tak bisa apa apa karena kami tak punya masternya. Yang di upload ke youtube dan dibajak dimana mana pun itu adalah hasil master dvd low resolution tadi, jadi jangan heran gambarnya sedikit pecah pecah jadinya karena hanya master itu yang kami punya, kecuali jika ada yang bersedia mengeditnya ulang kembali.

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Kakatua Kaskus | www.kakatua.web.id | Bloggerized by Irham Acho Bahtiar --- Izakod Bekai Izakod Kai | Satu Hati Satu Tujuan