kisah berikut ini menggambarkan bahwa potensi daerah dalam melahirkan seorang artis lokal masih sangat tinggi.
DODI LAKI LAKI DARI PAHAS
Sosok sahabat sejati yang polos, sensitif penuh kejujuran
Begitu banyak orang yang menggemari Dodi semenjak ia bermain di film Melody Kota Rusa (MKR) serta Epen kah Cupen toh membuat saya harus menceritakan sedikit siapa sebenarnya Dodi. Bahkan yang paling menarik ketika saya menyaksikan sendiri Dodi menjadi buruan setiap orang selayaknya seorang artis besar. Beberapa pejabat datang dari Jayapura hanya untuk menemuinya dan berfoto foto dengannya. Pernah ada sekelompok pasukan mencari Dodi berkeliling kota. Mereka singgah kesemua tempat yang ditunjuk orang dimana Dodi berada dan menanyakan dimana Dodi. Banyak yang mengira Dodi sedang bermasalah dicari cari tentara. Namun sebetulnya menurut anggota pasukan itu mereka mencari Dodi karena Pimpinan mereka ingin sekali bertemu dengannya. Hingga berita terbaru, ada sebuah perusahaan minuman energi besar nasional yang datang ke Merauke Enterprice untuk meminta Dodi menjadi duta minumannya untuk Papua kelak.
video dodi diburu penggemarnya ketika sedang syuting Lost in Papua di Boven Digoel :
bahkan ketika dodi menginap di hotel pun ia terus ditunggui oleh fansnya didepan pintu :
Fenomena Dodi menjadi artis sungguh membuat saya sendiri berdecak kagum, inikah hasil yang telah saya perbuat ? membuat hidup seseorang berubah secara 180 derajat !
Jika mengenang balik semuanya kembali rasa rasanya sungguh tidak masuk akal dan amazing seorang dodi akhirnya bisa menjadi sangat populer melebihi seorang artis ibukota sekalipun di Papua.
Saya berinisiatif membuat tulisan tentang Dodi karena banyaknya penggemarnya yang penasaran dengan mereka berdua hingga dari Malaysia juga. Bahkan rencananya metro TV juga akan mengangkatnya dalam acara Oasis, tapi masih menunggu MKR 2 dibuat dulu.
Dodi adalah seorang sahabat saya sejak kecil di Muting. Ibunya berdarah Biak dan ayahnya berdarah Marind (desa Pahas).
Di Muting, Dodi tinggal bersama pamannya. Masa kecil kami dihabiskan dengan merekam mop mop (anekdot) Dodi disebuah tape recorder. Hingga kini mop mop tersebut masih tersimpan dengan baik. Sejak kecil memang Dodi sudah menunjukkan bakat melawaknya. Ia selalu menghibur dikala kami bermain. Saat itu kami banyak bercerita dan berangan angan, dodi selalu mengatakan jika kamu nanti jadi sutradara nanti saya yang akan jadi bintang filmnya. jika diperkirakan umurnya sekarang mungkin sudah cukup tua sekalipun belum menikah. ini saya perkirakan sebab sewaktu saya mash kecilpun Dodi sudah remaja kala itu. Di Merauke ia hidup menumpang disaudaranya sebab Ibunya sudah meninggal dan ayahnya di Muting.
Berikut ini bisa di download beberapa mop dari Dodi dimasa kecil kami yang sempat direkam beberapa puluh tahun lalu ( mohon maaf mop mop dikampung kami dulu agak bersifat dewasa jokesnya) :
http://www.4shared.com/audio/Lb1uXi7c/dodi_mop_1.html
http://www.4shared.com/audio/jY-n3AzK/dodi_mop_2.html
Semenjak saya kuliah di Jakarta ditahun 1994, otomatis saya tidak pernah mendengar lagi kabarnya. Hingga akhirnya ketika saya balik pertama kali ke Papua tahun 2001 setelah berhasil lulus dari IKJ secara tidak terduga, adik saya mempertemukan Dodi dengan saya kembali dikota Merauke. Saat itu kami bagaikan sangat terharu sekali. Saat itu kami memutar kembali segala rekaman kenangan kita di Muting dulu. Lalu karena saat itu saya telah menjadi sutradara maka kami pun berniat mewujudkan mimpi dimasa kecil kami. Maka terciptalah sebuah film iseng yang saat itu sempat menjadi hit pula di kota Merauke. Walaupun film yg bercerita tentang kolor sakti itu sudah diberi tulisan bahwa film itu hanya sebuah produk iseng iseng saja untuk keperluan hiburan kami di Muting, namun tak pelak lagi vcd bajakannya juga menyebar keseantero Merauke. Inilah kemudian yang sempat membuat Dodi mengira kita tidak berpegang pada janji bahwa film itu kan sebenarnya hanya untuk iseng tapi kog malah diedarkan ?
Saya pun berusaha menjelaskan ke dodi dan keluarganya bahwa film itu sama sekali tidak pernah kami edarkan. Namun kita sendiri juga merasa aneh kenapa tiba tiba bisa beredar secara luas dengan cara dibajak. Sekali lagi itu adalah ulah pembajak, dimana ada permintaan pasti pembajak akan berusaha mengisinya. Sebuah bukti bahwa karya karya kami disukai masyarakat. sejak itulah saya menyadari bahwa potensi membuat film komersil saat itu sangat tinggi sebab film yang tak niat kami jual saja kenapa bisa beredar luas dengan cara dibajak ? lebih baik sekalian kita bikin film saja untuk dijual sekalian mengangkat daerah kita.
Lama kemudian menghilang rupanya Dodi asyik ikut kerja menjaga peralatan sound system pada saat sedang manggung di rumah paman kami. Dodi rupanya sangat mencintai musik. Namun dibalik itu dia juga seorang penyayang binatang. Dahulu sebelum tinggal bersama adik saya, Dodi tinggal dirumah saudaranya membantu bantu segala keperluan rumah tangga. Dodi selalu memberi makan binatang dengan cara mencarikan rumputnya.
Ketika tahun 2009 saat saya punya ide untuk membuat film melody kota rusa, Dodi menemani saya setiap malam saat menulis skenarionya. Saat itu dodi sangat bersemangat sekali. Hampir sebagian besar adegan lucu difilm itu saya buat terinspirasi dari cerita cerita Dodi. Dan betul saja, semua orang yang menonton MKR pastinya tidak akan lupa dengan sosok Dodi yang perannya menonjol mengalahkan peran utamanya sekalipun. Karakter yang lahir diskenario saya adalah berdasarkan Dodi sendiri sehingga dengan mudah ia memainkan dirinya sendiri tanpa beban. Bahkan hingga film ini diedit pun Dodi setiap malam begadang menemani saya.
Yang paling tak bisa dilupakan saat syuting MKR adalah pada saat Dodi ngambek dan tak mau melanjutkan syuting. Dodi berakting mengikuti Moodnya. Jika moodnya sedang baik maka akan keluar kejenakaannya seperti dalam MKR namun ketika dia sedang tidak mood tapi dipaksa syuting terus mkaa yang keluar wajahnya yang kaku tanpa ekspresi seperti di film Lost in Papua dimana dia dipaksa terus karena terdesak waktu. Dodi memang tidak seperti yang disaksikan dalam film MKR. Sebab Dodi sebenarnya tak pernah membaca naskah filmnya. Jika mengikuti naskah maka akan kaku sekali (lihat saja di film Lost in Papua dimana Dodi mengikuti naskah). Ia hanya menirukan dialog yang diucapkan kami pada saat syuting dan dia mengulangnya. Karena itulah editing adegan dodi selalu dibuat pendek dan tak bisa di buat one shot. Semua diedit perkata. Sebagian merupakan improvisasi dialog diluar naskah. MKR dibuat dengan sangat sabar mengikuti mood Dodi. Terkadang satu scene bisa diambil berhari hari sambungannya nunggu mood Dodi enak lagi. Terkadang hanya gara gara seorang kru meledeknya Dodi bisa tak mau meneruskan syuting hari itu. Ia berkali kali mengingatkan bahwa dia hanya mau main film apabila kita memahami perasaannya.
Tentu saja hal ini tidak menjadi kami heran, sebab sejak awal Dodi sudah berpesan bahwa dia mau main film hanya semata mata karena kami ini teman sejak kecil. Jadi bukan karena uang sekalipun kami tetap membuatkan kontrak secara profesional dengannya dan dibayar secara layak pula. Dodi malah menolak ketika adik saya selaku produser MKR memberikannya hadiah Handphone atau membelikannya pakaian mahal. Baginya dia tidak mengharapkan imbalan imbalan seperti itu. Memang sungguh tulus hati Dodi. Perlu diketahui hingga saat ini Dodi tidak memiliki Handphone sama sekali, bukan karena tak mampu beli tapi memang dia tak mau punya.
Yang menjadi bahan candaan kami adalah bagaimana kelak jika Dodi di sutradarai oleh orang lain selain saya ? tentu sutradaranya kalau tidak sabar bisa stress. Harus tahu apa keinginannya. Sebab dalam menyutradarai dodi sutradaralah yang harus mengikuti keinginannya bukan dia yang harus mengikuti keinginan sutradara. Kalau itu dilawan maka dodi akan ngambek tidak peduli dengan kontrak atau ancaman. Yang pasti 2 kali kita harus break syuting karena tiba tiba dodi ngambek tak mau melanjutkan syuting sekalipun sudah jauh jauh dan memakan biaya besar. Mau tak mau syuting harus dilanjutkan besok besok apabila moodnya sudah datang lagi. Kontrak tidka begitu berpengaruh dengan Dodi, lebih baik memahaminya saja. jika dia ngambek tak peduli dengan kontrak lagi mau dituntut apa tidak jia dia merugikan produksi.
Yang paling menyenangkan itu justru ketika bermain dalam tayangan televisi merauke berjudul Epen kah Cupen toh, disitu Dodi sangat menikmati sekali karena semuanya dibuat tanpa mengikuti naskah. Dodi berhak mengubah kata kata bahkan menambahkannya sendiri seperti sebuah acara lawak. Tak heran jika acara ini makin melambungkan namanya.
Di film Lost in Papua Dodi memasuki tahap bekerja secara profesional yang mengharuskan dia berakting tanpa peduli sedang mood atau tidak sebab menyangkut cost biaya produksi dan artis jakarta. Akhirnya yang terjadi aktingnya pun sangat kaku, itupun beberapa kali dia akan kabur dari lokasi syuting hanya karena sedang bad mood. Pernah juga saat sedang syuting Lost in Papua saat itu hujan sehingga para kru break sebentar, ketika syuting akan dilanjut kembali susai hujan semua sibuk mencari Dodi. ternyata Dodi sedang tidur dirumahnya. Ia pulang tidur tanpa beban seakan merasa tak sedang syuting hari itu. Saat itu Dodi memang saya serahkan penanganannya pada astrada saya yang dari Jakarta. Memang sulit jika Dodi harus bekerja dengan kru jauh yang tidak memahami perasaannya. Menurut saya selama membuat MKR pun hanya saya yang bisa mengerti apa yang diinginkan Dodi karena itu saya tak pernah memarahinya sekalipun ia tak disiplin.
Kesuksesan MKR membawa Dodi kepada banyak perubahan dalam hidupnya. Ia yang dulu selalu berkata : saya hanya mau main film itu karena teman, kalau bukan karena teman biar orang kasih saya uang satu karung juga saya tak akan mau.
Kini idealisme Dodi itu seakan hilang. Semenjak Ia dijak bermain juga di film Lost in Papua, tiba tiba saja Dodi menghilang sehari sebelum hari H nya. Kami semua panik mencarinya dan diluar dugaan tiba tiba dia muncul dengan seeorang yang mengaku sebagai manajernya. Ya tentunya Dodi kini telah menjadi artis jadi layak memakai jasa manajer. Dodi juga sempat membuat pihak kami mendapatkan sorotan seakan akan Dodi tidak diberikan honor dalam film filmnya. Itu akibat perilaku Dodi yang super boros. Bagi Dodi dia tak mau menyimpan uang, karena itu jika ia baru dapat uang maka ia akan segera menghabiskan uangnya sekejab dengan membeli apa saja, yang anehnya jika ia membeli pakaian baru maka pakaian lamanya akan dibuang dan dibakar. Memang dodi itu unik sungguh berbeda dengan orang kebanyakan. Dia malah lebih suka honornya dikasih sedikit sedikit, jadi kapan ia butuh baru dia akan minta. Yang anehnya lagi ketika diberikan fasilitas ia akan menolaknya, diebrikan motor sekalipun ia akan menolak karena ia lebih suka jalan kaki. Dan yang paling puncaknya adalah ketika ia masih saja mencari rumput untuk binatang sehingga banyak yang mebgira Dodi kan sudah artis tapi mengapa masih disuruh mencari rumput ? padahal mereka tak tahu jika Dodi itu memang sayang sekali dengan binatang sehingga ia tak peduli berjalan kaki mencari rumput walau tak disuruh. Lalu ada pula yang bertanya mengapa dodi tak punya pakaian bagus ? itulah anehnya pula yang menbuat kami bingung dan serba salah, berkali kali Dodi dibelikan baju atau jaket bagus tapi dia menolaknya, ia merasa itu semacam gratifikasi yang baginya haram untuk diterima. Banyak yang tidak mengetahui kisah dibalik ini semua.
Saya bahkan berkali kali menawarkan Dodi ke Jakarta namun ia selalu menolaknya. Baginya bukan itu yang dia harapkan. Dia hanya berharap persahabatan kita yang baik itu saja. Seseorang yang sangat menjunjung tinggi nilai persahabatan.
Namun ketika setahun saya meninggalkan Merauke setelah film MKR, terdengar kabar Dodi kini tak tinggal lagi dirumah adik saya. Entah kenapa dodi banyak berubah. Apakah banyak yang mempengaruhinya diluar sana. Apakah dia lupa dengan perjuangan kita. Yang pasti moodnya sudah berbeda.
Inilah yang membuat saya kemudian merasa agak kesulitan untuk mengajak Dodi kembali bermain, ketika Dodi sudah kehilangan moodnya bahkan ketika kami bertanya dod, bagaimana kamu mau main di MKR 2 ? dia tak memberi respon. Entah kenapa itu bisa terjadi. Sikap Dodi juga mulai terlihat lelah atau tak siap menghadapi serbuan penggemar yang setiap hari menegurnya. Terkadang Dodi akhirnya hanya diam saja ketika sedang bad mood namun terus dikejar kejar penggemarnya. Ia bahkan pernah mengusir beberapa anak kecil yang terus mengejarnya sewaktu sedang kelelahan. Ya memang resiko menajdi orang terkenal itu kadang tidak enak juga. Biar bagaimanapun dodi hanyalah seorang manusia biasa yang tak menyangka hidupnya jadi berubah begini.
Kini semua orang akan memperhatikan dodi. Jika dulu ketika dia jalan dijalanan (dodi paling suka jalan kaki dan tak suka naik mobil) semua orang mengiranya orang gila dan menghindarainya. Kini setiap ia jalan semua orang menegurnya bahkan tak banyak yang membawanya dengan mobil pribadinya untuk pulang kerumahnya sambil memberikan banyak bingkisan untuknya.
Tapi walau bagaimanapun saya selaku sahabat sejatinya selalu tersenyum telah menjadikan Dodi yang tadinya tidak berarti apa apa bagi orang banyak hingga menjadi sangat berarti bagi seluruh warga Merauke dan Papua bahkan mungkin dimana saja hingga ke Malaysia.
dodi yang dahulu saya kenal pun tidak seperti dodi yang sekarang, namun begitu itulah resiko kehidupan. mungkin memang persahabatan kami masih tetap erat jika kami hanya orang biasa yang tak dikenal sperti sekarang.
Saya hanya berpesan ke Dodi dan semua pemain MKR begini :
Jika suatu saat ada yang mengata ngatai kamu atau memprotes keterlibatan kamu dalam film film saya karena iri, maka katakan saja begini ke orang yang memprotes tersebut : “saya telah memberikan sesuatu sumbangsih yang berarti untuk tanah ini, kamu sendiri apakah yang sudah kamu perbuat untuk tanah ini ?”
Tak perlu banyak bicara mari kita berbuat yang terbaik untuk daerah kita....
EDI HARIANTO ALIAS MAS SUROSO
Sosok sebuah keragaman di tanah Merauke
Nama aslinya adalah Edi Harianto. Ia adalah seorang anak berdarah Jawa asli dari desa transmigrasi di Semangga 2 Merauke. Uniknya sahabat sahabat Edi sebagian besar adalah anak anak asli Marind daripada anak anak Jawa. Sejak kecil ia memang hidup dan besar bersama sama penduduk asli Merauke. Edi sendiri beragama Hindu.
Pekerjaannya adalah sebagai operator musik dalam setiap acara pernikahan dikampung kampung. Ia yang mengesetnya sekaligus menjaganya. Jika tak ada job itu ia akan membantu ayahnya menggarap sawah.
Pertemuan dengan Mas Edi ini boleh dibilang tanpa sengaja bahkan terkesan sudah diatur oleh Sang Pencipta. Saat itu kami sedang mengadakan casting mencari peran Mas suroso untuk film melody kota rusa. Saat itu pimpinan produksi MKR kebetulan adalah teman akrab Edi. Ia pun menawarkannya untuk mengikuti casting.
Ternyata saat itu keputusan akhir kami untuk menentukan peran mas suroso. Jika kami tak menemukannya maka kami berencana mendatangi sanggar sanggar yang sudah pasti memiliki pemain pemain bagus dan terlatih. Mas Edi hari itu juga ingin sekali mengikuti casting nanmun saat itu dia sedang menjaga alat musik disebuh acara. Iapun memohon agar dibolehkan casting malam itu juga. Kami lalu mengabulkan permintaannya sembari menunggu kedatangannya malam itu. Ternyata malam itu Edi datang berboncengan dengan 2 temannya hujan hujanan pada jam 2 malam. Jadilah jam 2 malam itu kami mengcastingnya beserta temannya pula. Ia mengaku nekat datang malam itu juga karena takut peran itu diambil orang besoknya. Jadi begitu selesai acara musiknya ia langung tancap motor bersama temannya berbonceng 3 untuk casting peran suroso.
Itupun ketika memasuki studio kami, ia dalam keadaan luka luka akibat ketiganya jatuh dari motor gara gara menabrak anjing ditengah jalan yang licin karena hujan. Sungguh sebuah perjuangan demi mewujudkan cita cita.
Sebenarnya saya memilih edi menjadi suroso bukan karena kasihan kepadanya namun karena memang secara kebetulan sosok dialah yang saya bayangkan ketika membuat skenario MKR. Sosok mas suroso yang polos, romantis, agak blo'on namun cerdas dan berbakat. Itu semua ada dalam dirinya dimana dalam kenyataannya Edi ini juga multi talenta, ia bisa memperbaiki segala peralatan elektronik bahkan sering ikut membantu jadi kru dibagian apapun bahkan jika genset syuting kami rusak dialah yang turun memperbaikinya.
saya justru sangat kaget ketika mengetahui ternyata kehidupan Edi alias mas suroso ini tak jauh dari karakter yang dimainkannya di MKR dimana ia berhasil memberikan keragaman dan hidup ditengah tengah masyarakat marind dengan menggabungkan kultur dan budaya mereka sebagai suatu kesatuan yang indah dalam kehidupan.
Setelah kesuksesan MKR, Mas Suroso adalah orang kedua yang di sukai masyarakat setelah Dodi tak heran jika kini dimanapun ia jalan semua pasti memanggilnya. Bahkan tak jarang ia mendapakan hadiah gratis ketika berbelanja di toko toko. Semua cewek pun banyak yang ingin berfoto dengannya. Suroso kadang terharu saat bercerita ke saya bahwa ia tak pernah menyangka anak seorang petani dari desa transmigrasi kini bisa menjadi seorang artis yang dipuja puja di Merauke. Suroso kini sering bepergian hingga ke Jayapura karena mulai dilibatkan dalam berbagai kegiatan yang melibatkan massa seperti layaknya Dodi yang juga sering dimanfaatkan menggalang massa dimasa kampanye Bupati dulu.
Suroso diserbu anak sekolah ketika ikut syuting sebagai kru Lost in Papua di boven digoel
dibalik itu kisah Dodi dan Suroso ini bisa menginspirasi semua anak anak Indonesia bahwa : tak ada yang tak mungkin dalam hidup ini. Siapa yang akan sangka jika suatu ketika kamu akan menjadi terkenal tanpa pernah di duga ? semuanya bisa terjadi !
2 comments:
be the best dody kami kangen flm barunya menginsfirasi tentang ke bersamaan yang beragam. thanks to al crew melodi kota rusa....
MKR best of the best,,
kisah persahabatan tanpa melihat perbedaan....
Post a Comment