Film Lost In Papua Go Nasional
Film Lost In Papua yang 'diarsiteki' oleh kakak-beradik, Acho dan Iwan Trilaksana sudah go nasional. Karena setelah dilakukan lounching perdana di Jakarata tanggal 8 Maret 2011 lalu, film yang mengangkat thema khusus tentang kehidupan masyarakat Suku Korowai di Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua itu, sedang ditayang di bioskop-bioskop yang ada di seluruh jagat Indonesia.
Film yang digarap itu, tidak hanya melibatkan pemain-pemain putra dan putri daerah. Tetapi mendatangkan beberapa artis top ibukota Jakarta untuk berkolaborasi. Hasilnya pun sangat membanggakan dan menggembirakan bagi masyarakat yang menghuni Bumi Anim Ha dan sekitarnya. Hal itu dapat dilihat dari penayangan perdana di layar lebar yang disaksikan secara langsung oleh ratusan masyarakat di aula bioskop, samping Kantor Kondim 1707, kemarin.
Produser Merauke Enterprice, Iwan Trilaksana dalam sambutannya mengatakan, kisah yang diangkat melalui Film Lost In Papua adalah fakta kehidupan masyarakat di Kabupaten Boven Digoel. “Kita sudah melakukan lounching perdana di Jakarta pada Bulan Maret lalu dan kini sedang ditayang di bioskop-bioskop,” ungkap Iwan.
Diakui jika mereka tertarik menggarap film tersebut, lantaran sesuai dengan selera masyarakat sekarang. Kalau film yang bersifat dokumenter, tentunya hanya ditonton segelintir orang. “Meskipun modal yang dikeluarkan untuk menggarap film ini belum kembali, namun sudah menjadi tekad bulat dari ME untuk terus berkarya di negeri ini. Karena Papua terutama Merauke dan kabupaten lain di Selatan Papua, memiliki banyak keunikan yang mestinya harus ditampilkan ke permukaan,” ungkapnya. (ANS)
Sumber :tabloidjubi
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Film Lost In Papua Dilaunching
Para pemain pendukung Film Lost In Papua saat diperkenalkan satu persatu sebelum pemutaran perdana film tersebut dilakukan, Jumat (17/6) kemarin.
MERAUKE- Film Los In Papua, yang pembuatan filmnya sebagian dilakukan di Merauke dan Boven Digoel dan sebagian pemain pendukungnya merupakan anak-anak asli Merauke dan Boven Digoel dilauncing atau diluncurkan melalui pemutaran secara perdana, Jumat (17/6) sore kemarin. Pemutaran Perdana film tersebut dilakukan di gedung tennis Kodim 1707/Merauke.
Asisten III Setda Kabupaten Merauke Drs M. Ricky Teurupun, M.Si, mewakili Bupati Merauke, mengaku orang Merauke patut berbangga karena karena anak-anak Papua khusus Merauke dan Boven Digoel sudah berprestasi khususnya dalam bidang seni perfilman secara nasional bahkan internaonal.
Film Lost In Papua tersebut sebenarnya menceritakan sebuah cerita rakyat dimana seorang gadis yang perintahkan oleh Bosnya ke Papua untuk melakukan sebuah tugas kedinasan. Namun saat diperintahkan sang gadis cukup menerimanya karena sang pacar yang telah duluan ke Papua tidak kembali.
Saat sampai ke Papua tepatnya di Merauke, sang gadis tersebut mencari sang pacar sampai ke Suku Korowaid di Kabupaten Boven Digoel, dimana salah satu kampung di Korowaid tersebut hanya dihuni oleh kaum perempuan yang dipimpin oleh seorang kepala suku yang terkenal sebagai kanibalisme.
Ricky mengaku cukup bangga dengan anak-anak Merauke dan anak-anak dari Jakarta tersebut yang bisa berkoborasi sehingga mampu memproduksi film Lost In Papua. ‘’Pemerintah Daerah sangat pendukung ini dan kami harap kedepan akan ada Lost In Papua lainnya,’’ tambahnya.
Lost In Papua dengan pemeran utamanya Fani Fabiani dan Fausi Badillah dan sederet pemain film senior yang terlibat, digarap pembuatannya selama kurang lebih 4 bulan di tahun 2010 mulai Agustus-Desember dengan lokus Merauke dan Boven Digoel khususnya di Korowaid. (ulo/nan)
Sumber : cendrawasihpos
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ricky : 'Tidak Ada Kanibalisme Lagi'
Asisten III Setda Kabupaten Merauke, Drs. Ricky Teorupun menegaskan, tidak ada yang namanya kanibalisme di kalangan Suku Koroway, Kabupaten Boven Digoel lagi. Masyarakat sudah tersentuh dengan berbagai pembangunan sehingga mereka pun berubah. Kanibalisme hanya terjadi di kalangan masyarakat jaman dahulu kala.
“Saya atas nama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Merauke memberikan suatu apresiasi setinggi-tingginya kepada Merauke Enterprice yang mampu menggarap Film Lost In Papua dan bisa diayang di bioskop-bioskop di seluruh Indonesia. Itu juga untuk memberikan klarifikasi sekaligus pemahaman kepada semua orang bahwa jaman sekarang, tidak ada yang namanya kanibalisme lagi, terutama di kalangan masyarakat Suku Korowai,” kata Ricky dalam sambutannya, Jumat (17/6).
Dia juga mengungkapkan, anak-anak asli Merauke mampu dan atau bisa berkolaborasi dengan pemain-pemain Jakarta sehingga mendapat perhatian dari berbagai kalangan terutama rakyat Merauke. “Kita memiliki banyak keunikan di negeri ini. Olehnya, berbagai potensi yang ada, bisa digarap ME untuk ditayangkan. Pemerintah tidak pernah tinggal diam dengan berbagai karya yang telah ditunjukkan,” katanya.
Ditambahkan, dengan film yang ditayangkan, sekaligus membuka mata kaum generasi muda untuk bisa mencerna secara lebih baik. Artinya bahwa, pasti ada cuplikan-cuplikan kehidupan masyarakat dulu dan sekarang. Olehnya, harus bisa ditimba dan dimaknai secara mendalam. (ANS)
Sumber :tabloidjubi
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Masyarakat Membludak, Tanggapan Sangat Positif
Written by Frans/Papos | |||
|
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Film Lost In Papua-Boven Digoel Diresponi Masyarakat
Selama tiga hari dilakukan pemutaran Film Lost In Papua-Boven Digoel, animo masyarakat untuk datang menonton sangat tinggi. Hal itu dapat dilihat dari ratusan kursi dalam ruangan bioskop di samping Kodim 1707-Merauke yang diduduki masyarakat. Mereka tampak senang dan bahagia tatkala menyaksikan film layar lebar dari hasil karya anak-anak yang tinggal di wilayah Selatan Papua.
Sebagaimana disaksikan JUBI, Minggu (19/6), nampak ratusan orang memadati ruangan tersebut. Mereka tampak serius dan sesekali tertawa mengikuti jalannya pemutaran film selama kurang lebih satu jam hingga tuntas. “Ini baru namanya film yang memberikan banyak manfaat untuk kita. Kami tidak mengerti dengan adanya pro kontra di luar terhadap film yang diputar. Padahal, memberikan suatu nilai positif sangat besar. Untuk itu, managemen Merauke Enterprice agar tidak boleh patah semangat. Maju terus, kami memberikan dukungan terhadap perjuangan kalian,” kata beberapa warga.
Mereka juga mengaku, Film Lost In Papua-Boven Digoel yang ditayangkan, lebih banyak melibatkan anak-anak asli yang tinggal di wilayah Selatan Papua. Penampilan yang mereka tunjukkan, menandakan bahwa ada bakat alam yang dimiliki. Apalagi sampai 'berduet' langsung dengan dua pemain sinetron kawakan asal Jakarta. “Sekali lagi, terimakasih kepada ME yang telah menghibur kita dengan film berskala nasional,” ungkap mereka.
Secara terpisah, Produser Film Lost In Papua-Boven Digoel, Iwan Trilaksana mengungkapkan, film tersebut digarap selama kurang lebih dua bulan. “Memang banyak tantangan dan hambatan yang kami temukan di lapangan, namun anak-anak tetap bersemangat dan berkomitmen menyukseskan film tersebut,” kata Trilaksana. (ANS)
Sumber : Tabloidjubi
1 comments:
Maju terus perfilman merauke dan Indonesia
Post a Comment